Apa Itu Red String Theory? Kepercayaan Kuno Tentang Jodoh di Jepang

Rabu 11-09-2024,10:44 WIB
Reporter : Rizty Ria Anggraini
Editor : Rizty Ria Anggraini

SILAMPARITV.CO.ID - Red String Theory, atau "Teori Benang Merah," adalah sebuah kepercayaan kuno dalam budaya Jepang yang telah menjadi populer di berbagai belahan dunia. 

Konsep ini menyiratkan bahwa setiap individu terhubung dengan seseorang melalui benang merah tak terlihat yang diikat di pergelangan kaki atau jari kelingking. 

Menurut kepercayaan ini, benang merah tersebut menghubungkan dua orang yang ditakdirkan untuk bersama, terlepas dari waktu, jarak, atau keadaan.

Asal-usul teori ini dapat ditelusuri kembali ke mitos Tiongkok kuno yang juga diterima di Jepang. 

Dalam versi mitos ini, dewa pernikahan, Yue Lao, menggunakan benang merah untuk menghubungkan pasangan yang ditakdirkan. 

Konsep ini mengungkapkan ide bahwa hubungan romantis dan pernikahan sudah ditentukan oleh takdir dan bahwa seseorang tidak akan pernah benar-benar bisa menghindari pasangan sejatinya.

Menurut kepercayaan ini, benang merah ini bisa menjadi kuat atau putus tergantung pada tindakan dan keputusan kita. 

Misalnya, jika dua orang ditakdirkan untuk bersama tetapi tidak bertindak sesuai dengan takdir mereka, benang merah tersebut bisa putus. 

BACA JUGA:4 Trik Mainkan Hero Odette di MLBB: Marksman yang Bikin Sakit Lawan

BACA JUGA:Resep Buat Bolu Coklat Lumer Topping Keju, Lembut dan Enak

BACA JUGA:7 Ciri Orang yang Suka Menyimpan Dendam di Hatinya

Namun, jika mereka berusaha keras dan bersikap jujur, benang merah ini akan menguat dan mempererat hubungan mereka.

Di Jepang, simbolisme benang merah ini sering muncul dalam seni, literatur, dan budaya populer, termasuk anime dan manga. 

Banyak pasangan Jepang yang mengenakan gelang merah atau perhiasan lainnya sebagai simbol keterhubungan mereka, memperkuat keyakinan bahwa mereka telah ditemukan untuk satu sama lain oleh takdir.

Kategori :