SILAMPARI.CO.ID – Harga cabai rawit merah di pasar tradisional terus mengalami lonjakan signifikan, membuat masyarakat dan pedagang mulai resah. Dalam beberapa minggu terakhir, harga cabai rawit merah tercatat mencapai Rp 130.000 per kilogram di beberapa pasar utama, angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan harga normal yang berkisar antara Rp 60.000 hingga Rp 80.000 per kilogram.
BACA JUGA:Mengenal Honda NS150GX 2025: Skuter Matic Inovatif dengan Teknologi Kamera dan Desain Elegan BACA JUGA:Pasar Metau Menjadi Pusat Perekonomian Masyarakat Muara Beliti Lonjakan harga cabai rawit ini tidak hanya dirasakan di satu wilayah, namun mulai meluas ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Jawa Timur, khususnya di Sidoarjo. Salah satu penyebab utama kenaikan harga ini adalah cuaca ekstrem yang melanda beberapa daerah penghasil cabai, seperti hujan deras dan banjir yang menyebabkan kerusakan pada tanaman cabai. Selain itu, keterbatasan pasokan dari petani juga menjadi salah satu faktor yang memicu harga terus naik. Produksi cabai rawit yang tidak maksimal akibat gangguan cuaca mengakibatkan pasokan yang terbatas di pasar. Kondisi ini diperparah oleh tingginya permintaan dari konsumen, baik untuk konsumsi sehari-hari maupun kebutuhan industri kuliner. BACA JUGA:Pencairan Dana Program Indonesia Pintar (PIP) Hari Ini, 13 Januari 2025: Dana Rp1,8 Juta Telah Cair dan Aktiva BACA JUGA:Jangan Sampai Ketinggalan! Kode Redeem Mobile Legends 13 Januari 2025 Buka Peluang Dapat Skin Keren Kenaikan harga cabai rawit ini mulai dirasakan oleh masyarakat, terutama bagi mereka yang menggantungkan konsumsi cabai dalam hidangan sehari-hari. Para ibu rumah tangga mengeluhkan kenaikan harga cabai rawit yang membuat pengeluaran rumah tangga semakin membengkak. "Sambal sudah jadi menu wajib di rumah. Tapi, dengan harga cabai yang terus naik, kami jadi harus menekan anggaran untuk kebutuhan lainnya," ungkap salah seorang ibu rumah tangga di Sidoarjo. Bagi pedagang, kenaikan harga cabai juga mempengaruhi daya beli konsumen. Beberapa pedagang mengaku bahwa meskipun harga cabai melonjak, mereka tetap harus menaikkan harga jual untuk menutupi biaya pembelian yang lebih mahal. BACA JUGA:Teknik Cara Memanen Buah Durian: Keahlian dan Ketelitian dalam Memetik Raja Buah BACA JUGA:Prakiraan Cuaca Lubuklinggau Hari Ini, 13 Januari 2025: Waspadai Potensi Hujan Lebat dan Badai Petir Pemerintah daerah di beberapa wilayah yang mengalami lonjakan harga cabai juga mulai mencari solusi. Beberapa langkah yang diambil, seperti memfasilitasi distribusi cabai dari daerah penghasil lain yang tidak mengalami gangguan cuaca. Namun, masalah ini masih memerlukan waktu untuk dapat teratasi. Di sisi lain, pedagang berharap agar pemerintah bisa segera mengambil tindakan untuk menstabilkan harga cabai dengan memperlancar distribusi dan memastikan pasokan tetap terjaga. "Kami juga berharap harga cabai segera turun, karena kalau terus begini, kami khawatir pelanggan akan beralih ke jenis cabai lain yang lebih murah," ujar salah seorang pedagang di pasar tradisional. BACA JUGA:Harga Beras Dunia Turun Setelah Indonesia Umumkan Penghentian Impor Beras BACA JUGA:Perbedaan PPPK dan PNS: Mengetahui Status, Masa Kerja, hingga Hak dan Tunjangan Lonjakan harga cabai rawit merah yang terus berlanjut memang menjadi tantangan besar bagi masyarakat dan pedagang. Meskipun beberapa faktor seperti cuaca dan pasokan yang terbatas menjadi penyebab utama, harapan untuk penurunan harga masih ada melalui upaya pemerintah untuk memperbaiki distribusi dan mengendalikan pasokan.Masyarakat diharapkan bisa tetap bijak dalam mengelola anggaran rumah tangga mereka, sementara pedagang juga berharap agar harga kembali stabil, sehingga pasar dapat kembali berjalan lancar. Sementara itu, kita semua perlu terus memantau perkembangan harga bahan pokok ini, mengingat dampaknya yang sangat besar terhadap ekonomi rumah tangga.
BACA JUGA:Tidak Bisa Akses INFOGTK? Begini Cara mengecek NRG Anda