Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 121: Panduan Pembelajaran Cerpen yang Efektif

Kamis 13-02-2025,11:00 WIB
Reporter : Rita Rahmawati
Editor : Rita Rahmawati

SILAMPARITV.CO.ID - Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 11 memuat beragam materi, salah satunya adalah cerpen. Dalam buku paket yang digunakan di kelas, siswa akan mempelajari cerpen sebagai media untuk memahami berbagai konsep pembelajaran, seperti tokoh, waktu, dan tempat kejadian. Sebagaimana diungkapkan dalam buku Pembelajaran Cerpen oleh Saifur Rohman (2020), cerpen dapat membantu siswa memahami bagaimana unsur-unsur tersebut membentuk tema cerita.

Salah satu latihan yang dihadirkan dalam buku tersebut adalah soal yang terdapat pada halaman 121, yang dapat dijadikan referensi belajar mandiri. Kunci jawaban untuk halaman 121 tersebut sebaiknya digunakan dengan bijaksana, dengan fokus pada pemahaman konsep dan kemampuan berlatih secara mandiri. Siswa dianjurkan untuk lebih mendalami isi cerpen, seperti analisis tokoh, alur, serta pesan moral yang terkandung dalam cerita.

Dengan mengerjakan soal tersebut, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan menganalisis cerita pendek dan memahami berbagai unsur yang membentuknya, seperti tema, setting, dan karakter. Selain itu, siswa juga diharapkan dapat memanfaatkan kunci jawaban sebagai bahan belajar yang membantu memahami materi secara lebih mendalam. 

1. Unsur apa saja yang dominan pada cuplikan-cuplikan cerita berikut?

BACA JUGA:Awal Ramadhan 2025: Muhammadiyah Tetapkan 1 Maret, Bagaimana Keputusan Pemerintah?

BACA JUGA:Curahan Hati Penyiar RRI Ternate yang Terkena PHK, Efisiensi Anggaran Dinilai Berdampak Luas

Kalau begitu mengapa Syarifudin meninggal pada hari kedua, setelah dia disunat? Darah tak banyak keluar dari lukanya. Syarifudin kan juga penurut. Pendiam. Setengah bulan, hampir, dia mengurung diri karena kau mengatakan kelakuan abangnya sehari sebelum disunat itu.

Aku tidak percaya jika hanya oleh melompat-lompat dan berkejaran setengah malam penuh. Aku tidak percaya itu. Aku mulai percaya desas-desus itu bahwa kau orang yang tamak. Orang yang kikir.

Penghisap. Lintah darat. Inilah ganjarannya! Aku mulai percaya desas-desus itu, tentang dukun-dukun yang mengilu luka sunatan anak-anak kita. Aku mulai yakin, mereka menaruh racun di pisau dukun-dukun itu. Kalau benar begitu, apalagi yang sekarang mereka sakitkan hati? Aku telah lama mengubah sikapku. Tiap ada derma, aku sumbang.

Tiap kesusahan, aku tolong. Tidak seorang dari mereka yang tidak kuundang dalam pesta tadi malam. Kaulihatkan, tiga teratak itu penuh mereka banjiri. Aku yakin mereka telah menerimaku, memaafkanku.

“Terus solusinya bagimana?”

”Kita berempat sudah berunding. Karena Maya takut gelap, dia harus selalu tidur lebih dulu dari kami tidur minimal setengah jam sesudahnya supaya ketika kami mematikan lampu, dia udah tidur. Kalau dia terlambat berarti risiko dia.

Tapi karena kami baik, he ... he...” Siwi tertawa sejenak. ”Jika ternyata kami sudah tidur dan dia belum dia boleh menyalakan lampu minyak. Nah ... biar yang lain tidak terganggu sinarnya lampu minyak itu, dia pindah ke tempat tidur yang paling ujung. Bergantian dengan Dinda. Begitu, Bu.

BACA JUGA:Polri Buka Rekrutmen Akpol, Bintara, dan Tamtama 2025: Kesempatan Emas bagi Putra-Putri Bangsa

BACA JUGA:Kolaborasi Pers di Lubuk Linggau: Merayakan HPN 2025 dengan Semangat Kebersamaan

Jawaban:

Pada cerpen di atas, unsur yang paling dominan adalah gaya bahasa. Hal itu ditandai dengan penulis yang menciptakan suasana melalui kata yang digunakan.

2. Kerjakanlah latihan berikut sesuai dengan instruksinya!

a. Perhatikanlah kutipan-kutipan di bawah ini!

b. Bagaimana watak dari tokoh yang ada pada cuplikan cuplikan tersebut?

c. Dalam diskusi kelompok, jelaskan cara pengarang di dalam menggambarkan watak dari tokoh-tokoh tersebut!

1) Aku tahu emak tentu tidak akan datang. Tidak mau, katanya tidak pantas. “Sekolah itu kan tempat priayi lho, Gus. Emakmu ini apakah, ndak ilok kalau berada di tempat itu.” “Oalah, Mak, Mak! Priayi itu zaman dulu, sekarang ini orang sama saja, yang membedakan itu kan isinya,” aku menekankan telunjuk ke keningku. “Itulah Gus yang Emak maksudkan priayi. Emak tidak mau ke tempat yang angker itu. Nanti Emakmu ini hanya akan jadi tontonan saja, karena plonga-plongo kayak kerbau. Kasihan kamu, Gus.”

2) “Kau punya anak, punya istri. Dari itu kau punya pegangan hidup,punya tujuan minimal. Tapi yang terpenting kau punya tangan. Hingga kau dapat mencapai apa saja yang kau maui. Sebagai suami, sebagai ayah, sebagai lelaki, sebagai manusia juga, seperti yang kita omongkan dulu, kau dapat mencapai sesuatu yang kau inginkan.

Alangkah indahnya hidup ini, kalau kita mampu berbuat apa yang kita inginkan. Tapi kini aku tentu saja tak dapat berbuat apa yang kuinginkan. Masa mudaku habis sudah ditelan keberuntungan ini.”

BACA JUGA:SD Negeri 4 Lubuklinggau Terapkan Program P5, Dorong Kreativitas dan Kepedulian Lingkungan Siswa

BACA JUGA:Harga Karet di Musi Rawas Naik ke Rp14.000/Kg, Petani Mulai Optimis dengan Kesejahteraan

Jawaban:

Kutipan 1

Nama tokoh: Emak

Watak: Keras kepala, penakut, kolot

Cara penggambaran: Penggambaran fisik dan perilaku tokoh

Kutipan 2

Nama tokoh: Aku

Watak: Mudah menyerah

Cara penggambaran: Pengungkapan jalan pikiran tokoh

BACA JUGA:Pemkot Lubuklinggau Pangkas Anggaran 2025, Infrastruktur Terimbas Hingga 25%

BACA JUGA:Apakah Mahasiswa Desil 6 Bisa Lolos KIP Kuliah? Ini Penjelasan Lengkapnya

Kategori :