Ketidakhadiran ayah membuat anak kehilangan model perilaku utama dalam membentuk karakter tersebut.
2. Pembelajaran Behavioral (Pembiasaan, Reward & Punishment)
Dalam proses ini, anak belajar tentang:
Ayah berperan sebagai figur otoritas yang memberikan penghargaan atas perilaku baik dan koreksi atas perilaku buruk. Tanpa peran ini, anak dapat kesulitan memahami batasan yang tegas dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pembelajaran Kognitif (Percakapan, Nasihat, dan Nilai Moral)
Peran ayah dalam proses ini mencakup:
- Menjelaskan cara berpikir logis
- Memberikan nasihat dan instruksi
- Mengajarkan nilai moral
- Membantu anak memahami dunia sosial
Ayah, sebagai pengarah pemikiran anak, menjadi salah satu fondasi dalam membentuk cara pandang dan kemampuan berpikir kritis.
“Jika tiga proses belajar ini tidak lengkap, maka tumbuh kembang anak juga bisa tidak komplit,” jelas Rahmat.
BACA JUGA:Menjelang Galaxy S26 Rilis, Samsung Potong Harga Besar-besaran: Cek Daftarnya!
BACA JUGA:Mahasiswi Universitas Pakuan Terjatuh dari Lantai Tiga, Polisi Selidiki Temuan Surat Tulisan Tangan
Bisakah Peran Ayah Digantikan?
Menurut Rahmat, peran ayah dapat digantikan secara terbatas oleh:
- Ibu
- Guru
- Anggota keluarga besar
Namun, kedekatan emosional ayah-anak tetap tidak sepenuhnya bisa tergantikan. Meski ayah harus bekerja jauh dari rumah, hubungan emosional tetap bisa terjaga melalui komunikasi yang hangat dan intens. Dalam kondisi tertentu, anak justru bisa bangga memiliki ayah yang bekerja demi keluarga, selama hubungan mereka tetap baik.
Peran Pemerintah: Edukasi Pranikah dan Pemerataan Lapangan Kerja
Rahmat menekankan pentingnya keterlibatan pemerintah dalam mengatasi fenomena fatherless, terutama melalui: