1. Pendidikan Pranikah yang Lebih Serius
Ia menilai bahwa program pranikah harus:
- Tidak hanya formalitas administratif
- Memberikan edukasi tentang peran ayah dan ibu
- Menanamkan pemahaman nilai dan tanggung jawab berkeluarga
- Menyiapkan kesiapan psikologis calon pasangan
Karena menurutnya, banyak pasangan menganggap pernikahan sebagai hal alami, padahal membutuhkan pemahaman mendalam sebelum dijalani.
2. Pemerataan Lapangan Kerja di Luar Jawa
Banyak ayah terpaksa bekerja jauh dari keluarga karena keterbatasan lapangan kerja di daerah asal. Ini adalah persoalan struktural, bukan semata kesalahan individu.
Ketimpangan ekonomi dan kesempatan kerja membuat kehadiran ayah secara emosional menjadi sulit dipertahankan. Semakin tinggi tekanan ekonomi, semakin berkurang pula interaksi emosional antara ayah dan anak.
BACA JUGA:Ahmad Sahroni Bongkar Rumah yang Dijarah, Ungkap Alasan dan Rencana Baru
BACA JUGA:7 Makanan yang Sebaiknya Tidak Dikonsumsi Saat Minum Kopi
Fenomena fatherless di Indonesia adalah masalah serius yang berdampak langsung pada tumbuh kembang psikologis dan sosial anak. Kehadiran ayah—baik secara fisik maupun emosional—memegang peranan penting dalam proses pembelajaran anak.
Diperlukan kerja sama antara keluarga dan pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung keterlibatan ayah dalam keluarga. Edukasi pranikah, pemerataan lapangan kerja, serta kesadaran untuk menjaga komunikasi emosional menjadi kunci dalam mengurangi risiko tumbuh kembang anak yang tidak optimal.