Bantuan itu lama-lama bisa susut. Yang membantu pun bisa lelah. Menlu Swedia Ann Linde mulai mengingatkan: lama-lama dukungan dari rakyat di negara kita masing-masing menurun. Itu akan merembet ke soal politik. Apalagi kalau inflasi terus tinggi dan harga-harga mengalami kenaikan.
Kenaikan harga tidak hanya di bensin. Juga di daging sapi, ayam, susu, dan sumber protein yang lainnya.
Daging sapi di Amerika naik 11 persen. Chicken wings naik 38 persen. Dada naik 24 persen. Chicken drumstick –saya pernah order chicken leg ternyata penjaga counter fast food di Amerika tidak mengerti– naik 12 persen. Dan hot dog ayam naik 15 persen.
Hanya daging babi yang naiknya hanya 5 persen. Sedang hasil pertanian seperti tomat dan avokad hanya naik sedikit.
"Anda bisa lihat di media. Kepentingan masyarakat menurun. Dampaknya akan pada opini publik. Lalu berdampak pula ke politisi seperti kita," kata Linde.
Waktu di Turkmenistan itu Putin tetap optimistis bisa mengalahkan Ukraina dan Barat. Ia juga masih punya keinginan untuk menjatuhkan pemimpin Ukraina itu: Zelenskyy. Bukan karena Zelenskyy telah tega membantah klaim Presiden Jokowi soal ''pesan kepada Putin''.
Seperti ditulis Kompas, Zelenskyy tidak punya pesan apa pun untuk disampaikan ke Putin. Presiden Jokowi memang menemui Zelenskyy di Kiev pekan lalu dan menemui Putin di Moskow keesokan harinya.
Di mata Putin, Zelenskyy hanyalah boneka Barat.
Apakah Barat akan terus membantu Ukraina? Tentu. Kadarnya yang tidak sama. Yang kelihatan masih solid adalah Amerika.