Ia sudah lama berada di lingkungan Mabes Polri. Bukan Kapolri sekarang yang kali pertama mengangkatnya sebagai staf ahli. Itu sudah sejak Kapolri sebelumnya. Bahkan sebelumnya lagi.
Fahmi sudah membuat pernyataan pers sebelum saya kontak itu. Saya memujinya ketika ia mengundurkan diri. Agar tidak menyulitkan Kapolri.
"Saya hanya diminta membuat poin-poin keterangan pers yang akan disampaikan ke media," ujar Fahmi ke media. Cerita yang diungkapkan ke pers itu, katanya, sesuai dengan keterangan Sambo padanya. Via telepon.
Di akhir pembicaraan itu Fahmi mengusulkan ke Sambo agar Humas Mabes Polri sudah harus membacakan itu paling lambat Senin tanggal 11 Juli, jam 16.00.
Menurut Fahmi, di akhir hubungan telepon itu Sambo juga mengatakan ini padanya: "meskipun ini aib keluarga dan memalukan, tapi demi kehormatan, istri saya sudah lapor tentang pelecehan seksual ke Polres Jakarta Selatan".
Berdasar keterangan Sambo seperti itulah Fahmi bikin draf keterangan pers yang dimaksud. Lalu dikirim ke Sambo. Setelah membaca itu Sambo mengirim WA ke Fahmi. "Oke, Mi, saya sudah kirim ke Kadiv Humas," kutip Fahmi.
Maka terjadilah apa yang kemudian terjadi. Keterangan pers itu menjadi bencana. Itu dianggap hanya skenario untuk menutupi apa yang sesungguhnya terjadi.
Mungkin tidak menutupi semua. Soal seks itu, misalnya, kelihatannya tidak akan diralat. Mungkin hanya lokasinya yang akan lebih dijelaskan: bukan di rumah Duren Tiga. Juga bukan sore itu. Bukan menjelang tembak-menembak tanggal 8 Juli 2022.
Itu di Magelang. Menko Polhukam Mahfud MD sudah memberi isyarat soal adanya motif pelecehan seks itu. Saya suka dengan kalimat isyarat yang diucapkan orang dekat Gus Dur ini: motif peristiwa itu hanya boleh diketahui orang dewasa.
Anda belum dewasa. Janganlah ingin terlalu tahu.
Kalau motifnya memang hanya untuk 17 tahun ke atas berarti amanlah soal yang lain-lain. Berarti klimaks peristiwa ini hanya akan terjadi sekali. Jangan harapkan melebar ke klimaks yang berikutnya dan berikutnya.
Berarti Sambo itu lelaki sejati: jangan sampai istri disentuh lelaki siapa pun. Biar pun jabatan tinggi taruhannya. Biar pun penjara seumur hidup ancamannya.
Laki-laki di mana pun merasa boleh tetap laki-laki di depan banyak wanita. Tapi istri harus hanya boleh memandang satu bintang.
Meski pun Jendral Sambo berbintang dua.(Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Kepung Cendol
LiangYangAn 梁楊安