“Tidak ada alasan apalagi motif khusus orang dewasa. Khusus 17 plus. Motif kelaparan, keterpaksaan, demi anak sekolah dll pun diumbar. Adil sampai di sini hukum di Indonesia? Silahkan Anda yang menilai, perilaku aparat dan pejabat kita yang paham tentang hukum itu. Kontradiktif, sampai mengelus dada rasanya, miris,” tandas Syamsul yang mengaku tengah berada di Yogyakarta.
Kehebatan kedua Ferdy Sambo soal memberikan keterangan, pengakuan apa yang telah diperbuatnya. Sebagai tersangka cukup duduk manis di Mako Brimob. Tim Khusus Polri yang mendatanginya.
“Ferdy Sambo cukup tenang di Mako Brimob. Tim Khusus yang harus berjalan menghampirinya.
Rombongan iring-iringan, dikawal. Terlihat di layar televisi. Istimewa. Hebat sekali Sambo. Mau diperiksa saja para jenderal yang menyambanginya. Paket lengkap,” ucapnya.
Lalu apa hasilnya dari kedatangan para jenderal itu ke Mako Brimob? Untuk sementara Sambo merasa diinjak-injak harkat dan martabatnya dengan menuding Brigadir J telah melakukan pelecehan seksual.
“Kejadian pelecehan itu terjadi di Magelang. Berubah lagi. Tidak lagi di Komplek Rumah Dinas Duren Tiga. Berbeda dengan pernyataan Polres Jakarta Selatan, Polda Metro Jaya bahkan berbeda dengan apa yang disampaikan Kadiv Humas Polri. Hebat, bisa berubah cepat,” paparnya.
Praktis, kata Syamsul Arifin, apa yang disampaikan berubah 180 derajat dari pengumuman awal yang berulang kali disampaikan ke seluruh rakyat Indonesia.
Pernyataan Sambo bahwa peristiwa pelecehan itu terjadi di Magelang, Jawa Tengah, disampaikan secara lugas oleh Dit Tipidum Polri Brigjen Andi Rian Djajadi, Kamis 11 Agustus 2022.
“Untuk FS kami periksa terpisah di Mako Brimob Polri sejak pukul 11.00 sampai pukul 18.00 WIB,” jelas Andi Rian Djajadi.
Poin dari hasil pemeriksaan tersebut didapat, bahwa Ferdy Sambo mengatakan dirinya marah dan emosi, karena Putri Chandrawathi (PC) mendapat perlakuan tidak etis dari Brigadir J saat berada di Magelang, Jawa Tengah.