Rupiah Berpotensi Menguat di Tengah Konflik Dagang AS-India dan Sinyal Ekonomi RI yang Cerah

Rupiah Berpotensi Menguat di Tengah Konflik Dagang AS-India dan Sinyal Ekonomi RI yang Cerah

Rupiah Berpotensi Menguat di Tengah Konflik Dagang AS-India dan Sinyal Ekonomi RI yang Cerah--ist

SILAMPARITV.CO.ID — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan bergerak menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (6/8/2025), di tengah sentimen positif dari dalam negeri dan dinamika pasar global yang masih penuh ketidakpastian. 

BACA JUGA:10 Cara Belajar Desain Grafis Otodidak yang Bisa Kamu Coba

Berdasarkan proyeksi analis, rupiah diprediksi bergerak pada kisaran Rp16.350 hingga Rp16.400 per dolar AS. Pergerakan ini mencerminkan optimisme pasar terhadap fundamental ekonomi domestik yang membaik, meskipun tekanan global masih membayangi.

Pada perdagangan Selasa (5/8/2025), rupiah telah menunjukkan tren positif dengan menguat 5 poin atau 0,03% ke level Rp16.396 per dolar AS, menurut data Bloomberg. Di sisi lain, indeks dolar AS juga menunjukkan penguatan moderat sebesar 0,16% ke level 98,94, menandakan permintaan yang masih kuat terhadap mata uang greenback secara global.

BACA JUGA:Menjaga Warisan Kesenian dan Budaya Indonesia yang Tak Ternilai

BACA JUGA:????? Satoru Gojo Join! Yuichi Nakamura Isi Suara di Demon Slayer: Infinity Castle

Sentimen Global: Ketegangan Perdagangan AS-India Memanas

Salah satu sentimen utama yang memengaruhi pasar keuangan global adalah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan India. Presiden AS Donald Trumpkembali mengancam akan memberlakukan tarif sekunder hingga 100% terhadap negara-negara yang membeli minyak mentah Rusia, termasuk India.

Ancaman ini muncul setelah AS sebelumnya memberlakukan tarif 25% terhadap impor dari India pada Juli 2025. Pernyataan Trump memperdalam keretakan hubungan dagang kedua negara, sementara pemerintah India menyebut ancaman tersebut "tidak dapat dibenarkan" dan berjanji akan melindungi kepentingan ekonominya.

Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, juga mengonfirmasi bahwa tarif besar terhadap impor dari hampir 70 negara kemungkinan akan tetap diberlakukan. Kebijakan ini memicu kekhawatiran di kalangan analis akan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan tekanan inflasi yang berkelanjutan.

BACA JUGA:Olahraga Ringan 10 Menit Cukup: Ingatan Lebih Tajam dan Otak Lebih Sehat

BACA JUGA:Manis dan Renyah! Ini 7 Apel Paling Enak di Dunia yang Jadi Favorit Banyak Orang

Mata Uang Asia Bervariasi

Di kawasan Asia Pasifik, pergerakan mata uang terpantau bervariasi. Yen Jepang melemah 0,20%, dolar Hong Kong stagnan, dolar Singapura turun 0,07%, dolar Taiwan melemah 0,12%, dan won Korea Selatan anjlok 0,39% terhadap dolar AS.

Sumber: