Pedagang Pakaian di Lubuklinggau Banyak Gulung Tikar, Masyarakat Saat Ini Cenderung Lewat Online
Perubahan pola hidup masyarakat saat kini yang sudah terbiasa membeli kebutuhan rumah tangga melalui online berdampak kepada pedagang offline di Pasar Inpres Blok B maupun yang di ruko banyak yang gulung tikar karena sepi pembeli--aan afriandi
SILAMPARITV.CO.ID -- Perubahan pola hidup masyarakat saat kini yang sudah terbiasa membeli kebutuhan rumah tangga melalui online berdampak kepada pedagang offline di Pasar Inpres Blok A maupun yang di ruko banyak yang gulung tikar karena sepi pembeli.
Hal ini dirasakan oleh salah satu pedagang pakaian di Pasar Inpres Abizar Owner Sherly Busana.
"Sepi pembeli dan ini sudah dirasakan sejak pandemi Covid-19 yang lalu hingga saat ini. Lihatlah kios-kios pedagang pakaian di Pasar Inpres Blok A banyak yang tutup karena bangkrut, termasuk juga yang berdagang di Ruko," kata Abizar di tokonya di Jalan Kalimantan Kota Lubuk Linggau, dikutip dari KORANLINGGAUPOS.ID, Sabtu 4 Oktober 2025.
Menurut pedagang pakaian grosir ini, para pedagang yang tidak dapat ada pendapatan jualan di toko atau kios mereka berdagang keluar di pinggir jalan.
BACA JUGA:Menag Nazaruddin Umar Yakin Program Tepuk Sakinah Mampu Tekan Angka Perceraian
BACA JUGA:Pelajar Pengendara CBR Jatuh ke Sungai di Musi Rawas, Pencarian Belum Membuahkan Hasil.
Karena berdagang pakaian di kios maupun di Ruko sekarang sudah tidak menjanjikan, terkadang dalam dua hari dagangan mereka tidak ada yang beli.
"Makanya mereka mencari usaha alternatif untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Itu sekarang yang terjadi," paparnya.
Pedagang pakaian banyak yang memilih menutup kios dagangan mereka beralih usaha kuliner, ada yang berdagang kue, angkringan dan sebagainya.
"Makanya sekarang ini pedagang kue, pedagang kuliner menjamur di pinggir jalan sebagian besar mereka dari berdagang pakaian, karena dagang pakaian sepi sehingga banting setir cari usaha lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga," tambahnya.
BACA JUGA:Dua Warga Bengkulu Jalani Hukuman Adat, Dicambuk 100 Kali karena Selingkuh.
BACA JUGA:Ribut Soal Patung Jenderal Sudirman, Warga Tak Rela Ikon Kota Dipindahkan.
Menurutnya, sepinya penjualan pakaian di kios maupun di ruko karena maraknya perdagangan online.
Jadi pedagang yang eksis sekarang ini yang jualan online baik itu di Tik Tok Shop, Shopee.
"Mereka juga juga berjuang memperebutkan konsumen di online. Kalau mereka tidak tanggap dan tidak ada kemampuan untuk membuat sistem di online untuk supaya masuk di Tik Tok Shop atau Shopee maka mereka sama saja tidak bisa melakukan jual beli di situ," jelasnya.
Maka dari itu, tambahnya perlu adanya program yang bisa memberikan edukasi kepada pedagang konvensional agar bisa berdagang secara online sehingga bisa bersaing di platform digital.
BACA JUGA:Viral! Suami di Sulawesi Tenggara Serahkan Istri ke Selingkuhan Lewat Prosesi Adat: Ku Jaga Aibmu
"Pedagang offline yang selama ini gaptek (gagap teknologi) tidak bisa mengikuti untuk jualan online. Makanya mereka masih bertahan berdagang offline dengan cara beralih jualan kuliner seadanya yang penting bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Itu yang terjadi," ungkapnya.
Pria yang juga menjabat Ketua Ikatan Keluarga Minang (IKM) Kota Lubuk Linggau, mengaku kurang sependapat jika Pemerintah Kota Lubuk Linggau, membangun baru Pasar Inpres Blok A.
Kalau Pasar Blok B atau Pasar Muara Lama karena memang bangunannya sudah memprihatinkan dikhawatirkan roboh jika tidak dibongkar dan bangun baru.
Jika dibongkar dan dibangun baru selama proses pembangunan yang membutuhkan waktu satu hingga 2 tahun pedagang direlokasi di Jalan Kalimantan, dengan kondisi saat ini akan semakin menyulitkan pedagang.
BACA JUGA:4 Manfaat Wortel untuk Kesehatan: Kaya Vitamin, Antioksidan, dan Bantu Turunkan Berat Badan
BACA JUGA:Tragedi Karolina Krzyzak di Bali: Diet Ekstrem Fruitarian Berujung Maut, Berat Badan Turun ke 22 Kg
Sebab berdagang yang ditempati sekarang saja sulit dapat pembeli apalagi kalau direlokasi akan semakin sulit.
Sekarang ini yang paling dibutuhkan pedagang bagaimana membantu mereka untuk menjual barang mereka di online apakah dengan mengadakan pelatihan pedagang untuk jualan online.
Sebab percuma saja kalau kios dibangun baru sementara mereka masih berdagang secara offline maka akan tetap sulit untuk menjual barang dagangan.
"Di era serba digital saat ini jualan online sudah keharusan tidak bisa dielakkan lagi, kita harus mengikuti perkembangan zaman, kalau tidak mau mengikuti kita tertinggal kita tidak bisa lagi mengandalkan jualan ofline," tegasnya.
Sumber: