Empat Sekawan
Oleh : Dahlan Iskan
ANDA sudah tahu: tanggal 4 September lusa adalah Hari Konsumen. Anda pun masih ingat: yang meresmikan dulu Presiden Megawati Soekarnoputri.
Saya yang hampir lupa.
Tidak lagi penting kelihatannya.
Maka contoh perjuangan konsumen kali ini saya ambil dari India. Dilakukan oleh empat sekawan. Kakek semua. Gara-gara mereka dua gedung pencakar langit harus dirobohkan. Sungguhan.
Perobohan dua tower itu jadi berita dunia. Khususnya di kalangan pengusaha real estate.
Kekuatan konsumen begitu nyata. Padahal empat sekawan itu sudah pada gaek: umur mereka, 82 tahun, 74 tahun, 69 tahun, dan hanya satu yang masih muda: 59 tahun.
Mengikuti perjuangan mereka saya teringat film India. Khususnya sistem peradilan dan penegakan hukumnya: lebih khusus lagi perjuangan konsumen tua melawan oligarki.
Mereka membeli apartemen di kompleks itu: tertarik pada penawaran di brosurnya. Termasuk janji akan menjadikan 60 persen areanya sebagai taman hijau.
Ini sebuah kota baru di sebelah kota industri baru: Noida. New Okhla Industrial Development Area. Orang lebih senang tinggal di Noida. Daripada di Delhi yang sesak. Kawasan ini dirancang sebagai koreksi terhadap urbanisasi. Tata ruangnya sangat baik. Berkali-kali terpilih sebagai kota baru terbaik di India. Jaraknya pun hanya sekitar 30 km dari New Delhi.
Ada areal 4 hektare situ. Untuk real estate Emerald Court. Awalnya dibangun 14 tower. Semua sembilan lantai. Letaknya di pojokan kota baru yang sangat berkembang itu.
Noida di arah Tenggara Delhi. Menuju Uttar Pradesh. Dan memang lokasi ini adalah wilayah Uttar Pradesh. Yang paling dekat dengan ibu kota. Mirip Bekasi-nya Jakarta –tapi Bekasi bukan kota baru.
Empat sekawan itu pindah ke rumah baru mereka di tahun 2009. Kecewa. Bahan-bahan bangunannya tidak seperti yang dijanjikan. Mereka diam. Mereka mulai mengeluh ketika ada tanah kosong dibangun lagi satu tower. Menjadi 15 tower.
Keluhan itu meledak ketika tanah kosong yang lebih luas lagi digali. Seperti untuk fondasi gedung baru yang lebih besar.
Empat Sekawan itu mulai bergerak. Mencari informasi. Gerangan fondasi apa yang sedang digali. Ternyata, perusahaan real estate ini akan membangun dua gedung kembar pencakar langit. Masing-masing 40 tingkat. Namanya: Apex dan Ceyane.
Dengan demikian kompleks Emerald Court milik Supertect Co ini berisi 15 tower 9 lantai dan 2 tower 40 lantai.
Empat kakek tadi mulai protes. Dua gedung itu menghalangi pemandangan apartemen mereka. Tapi developer tidak peduli. Terus membangunnya.
Melihat proyek itu kian hari kian tinggi empat kakek mulai mengajukan gugatan ke pengadilan. Mereka pun mendatangi tetangga rumah. Dari pintu ke pintu. Minta donasi. Hanya sekitar Rp 5.000/rumah. Untuk biaya beperkara.
Sebagai lokasi baru di kawasan ekonomi khusus Noida belum punya pengadilan. Pengadilannya masih ikut Uttar Pradesh. Di kota Allahabad. Jauh sekali. Kalau naik kereta perlu waktu 13 jam. Donasi tadi hanya untuk beli tiket naik kereta api. Kelas ekonomi.
Setiap kali sidang Empat Sekawan tadi pergi ke Allahabad. Kesibukan utama mereka memang hanya itu. Mereka sudah pensiun. Jangan anggap enteng pensiunan.
Empat hari sebelum sidang pun mereka sudah diskusi dengan ahli hukum. Juga ahli tata kota. Atau mencari data tentang izin bangunan.
Setiap kali mereka ke Allahabad setiap itu pula bangunan bertambah lantainya. Developer mengaku izin-izin sudah lengkap. Tapi empat orang itu kian menemukan lubang: jarak dua tower itu pun melanggar peraturan. Seharusnya minimal 14 meter. Yang terjadi hanya 9 meter.
Di tengah perjalanan persidangan dana mereka habis. Mereka kembali mengetuk pintu tetangga. Minta donasi Rp 10.000/pintu. Ada yang mau membayar ada pula yang tidak.
Hebatnya: pengadilan memenangkan mereka. Pembangunan dua tower itu harus dihentikan. Bahkan harus dirobohkan. Aturan yang dilanggar banyak sekali.
Tentu developer naik banding. Ke Mahkamah Agung. Di New Delhi. Lebih dekat. Investasi mereka sudah terlalu besar. Lebih dari Rp 2 triliun.
Empat Sekawan itu terus berjuang. Total perjuangan mereka sampai 9 tahun. Di tingkat final pun mereka menang. Mahkamah Agung memutuskan: dua tower itu harus dirobohkan. Dalam tahun 2022 ini juga.
Padahal dua gedung itu sudah telanjur tinggi sekali. Sudah 32 lantai. Tinggal 8 lantai lagi selesai. Hukum harus ditegakkan. Gedung harus dirobohkan.
Maka Jumat lalu pengumuman pun dibuat. Gedung akan dirobohkan dua hari lagi: Minggu. Penduduk di radius 500 meter harus mengungsi. Jalan raya dan jalan bebas hambatan di sebelah gedung itu ditutup: 4 jam.
Seminggu lamanya persiapan dilakukan. Puluhan ton bahan peledak didatangkan. Ribuan titik dibuat. Dilubangi. Diisi bahan peledak. Letak bahan peledak itu diatur cermat. Agar kalau meledak serentak gedung bisa roboh ke dalam. Tidak ambruk ke samping.
Maka Minggu pagi itu ada objek wisata baru. Tegaknya hukum, robohnya oligarki, menangnya konsumen.
Tiga tertua dari Empat Sekawan itu menyaksikan puncak hasil perjuangan mereka. Hanya satu yang absen. Yang termuda. MK Jain. Umur 59 tahun. Ia meninggal dunia tahun lalu. Karena Covid-19. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Elpiji DME
Ahmad Zuhri
Biar aja dicoba, toh Bukit Asam dan Pertamina tidak keluar biaya investasi.. ini murni B to B. Awalnya begitu, nanti kl ada apa2 atau biaya proyek bengkak baru minta pemerintah untuk membantu.. seperti yg itu, anda sudah tau. Ambyar..
thamrindahlan
Tahu sendiril besarnya resiko ketika mengusik hati dan perasaàn emak emak. The power of emak emak nusantara melebihi kekuatan anggota DPR bahkan demonstrasi mahasiswa.. Masih ingat revolusi peralihan minyak tanah berbasis kompor ke tabung elpiji.. Diperlukan kekuatan (kecerdikan) Wapres Yusuf Kala sehingga unjuk rasa emak emak reda. Peralihan Elpiji ke DME mengulang kisah lama karena sama sama urusan apakah asap dapur emak emak se nusantara tetap bisa ngebul.. 2017 siapa pun yang meresmikan Proyek DME hendaknya tetap mengundang Pak Jokowi. Atau malah justru nanti Pak Jokowi yang mengundang emak emak hadir di Muara Enim Sumatera Selatan Wallahu alam. Pulang Belitung penghasil timah / Martabak Bangka enak tiada tara / Power emak emak jangan dijamah / Ber resiko besar ketertiban negara /
Komentator Spesialis
DME ini anggap saja hiburan. Seperti halnya ESEMKA, mobil listrik atau vaknus. Maaf kalau tersinggung. Karena kita perlu hiburan.
Juve Zhang
Rakyat Tiongkok tiap hari menggunakan Gas dari Rusia menjulur pipa gas ke rumah rumah impor, naik mobil impor BBM nya, Makan Babi impor pangan babinya, makan sapi impor dagingnya, minum anggur impor, minyak goreng impor dari Indonesia,minyak kedelai impor Dari Brazil, makan nasi impor dari Vietnam berasnya, makan Mie , bakpao impor gandum dari Rusia. Hampir semua impor tapi tidak masalah karena ADA UANGNYA. Indonesia hampir semua ada Gas melimpah Tangguh malah perlu lobi khusus alam Pak Taufik Kiemas supaya Tiongkok mau beli, Natuna di setorkan ke SG buat listrik SG. Gas melimpah cuma salah perencanaan. Silakan harga Gas naikan sesuai harga Internasional .semua akan membeli. Rokok yg naik terus saja dibeli , berhenti nya ketika Paru paru kena kanker.wkwkwkwkw
Er Gham
Belajar nrimo. Jika memang nanti benar 3 periode. Supaya tidak kecewa. Agar imun tetap terjaga. Juga perlu kembali belajar, tatkala gas elpiji berubah menjadi minyak tanah. Atau bahkan kembali ke kayu bakar. Ada famili kami yang masih menggunakan kayu bakar di pedalaman Jawa Barat sampai saat ini. Mereka tidak menebang pohon. Kayu bakarnya dari ranting pohon. Listrik juga baru dipasang saat Abah menjabat Dirut PLN. Walau hanya cukup sebagai penerang lampu di malam hari. Sebelumnya, tidak ada listrik sejak negara ini merdeka. Terima kasih Abah.
David Pilipus
"Yang penting Pak Jokowi sudah memulai. Syukur-syukur kalau beliau juga yang meresmikannya: di tahun 2027". Kalimat penutup yg smart dan nakal. Khas Abah DI. Banyak belajar nih dari abah.
Rihlatul Ulfa
Saya hanya bingung. Kenapa cuma Putri yg boleh tidak memakai baju orange. Apakah karena dia punya anak balita? Apakah karena dia seorang ibu? Apakah karena sebenarnya dia yg mempunyai jalur istimewa sampai ke atas? Ataukah dia hanya di jadikan pancingan oleh kepolisan agar Sambo tertekan dan mengakui? Agak aneh juga istri seorang Jenderal kok bisa-bisanya wa-waan sama adik dari ajudan nya. Terlampau ramah atau memang benar ada apa-apa. Aneh saja. Sampai terlihat begitu dekatnya. Wajarnya memang semua harus sadar batas. Kalau tidak ada batas-jangan salahkan pasti kecurigaan akan muncul di mana-mana.
Amat Kasela
Klo mau gratis bisa juga memasaknya dengan api cemburu istri. Tapi efeknya bisa sangat berbahaya.
Liam Then
Bagaimana kalau kita ganti pola makan saja. Dengan teknik lalapan kita tak perlu masak. Di cocol langsung ke sambal. Nanti saya dan Bang Amat sedia WA untuk tenaga ahli demonstrator. Kita bisa tercatat sebagai Bapak Revolusi Teknik Mangan.
Amat Kasela
Oh, hutan. Rupanya kalian masih akan dibabat lagi. Oh, gunung. Perut kalian juga masih akan dikeruk lagi. Nasibmu. Saya membayangkan puluhan tahun lalu. Memasak cuma pakai kayu bakar. Gratis. Tinggal kumpulkan pelepah kelapa, sabut kelapa, tempurung kelapa. Semuanya ada di sekitar rumah. Sekali lagi, gratis. Hutan gunung masih banyak yang perawan. Indahnya. Awal konversi ke elpiji, dapat gratis. Dipromosikan kelebihan-kelebihannya. Lalu menjadi ketergantungan.
maz poer
Utk daerah pedesaan dengan potensi ternak sapinya bisa pake biogas. Memang dg adanya gas melon 3 kg harga 20rb, biogas msh kalah ekonomis, krn menyentuh 33rb/bln masih harus repot ngaduk tlethong. Dengan nilai investasi 12jt dengan digester model dom (kayak cina dan india) bisa bertahan 30 th lebih. Tapi jika harga gas dalam negeri masih dibawah harga biogas maka itu tidak menarik. Pemurnian biogas pun bisa dilakukan, lagi-lagi liat nilai ekonomis nya
Lukman bin Saleh
Ini sama ceritanya dengan biodiesel. Membuat BBM dg bahan sawit. Atau mencampurnya. Dilema saat harga CPO dunia mahal. Tapi tidak apa . Harus dimulai. Teknologinya harus dikuasai. Tidak perlu muluk-muluk, langsung 100% kompor emak-emak menggunakan DME. Yg penting dimulai. Buat daerah percontohan. Kota percontohan. Lagi pula tidak selamanya harga batubara mahal. Kelak jika Rusia dan Ukraina sudah berpelukan. Kran gas rusia dibuka lebar-lebar. Bisa jadi harga batu bara terjun bebas. Bahkan tidak ada yg mau beli, kecuali China. Terkait isu lingkungan. Disaat itulah kita bisa berteriak: merdekaaaa…!!! Merdeka energi. BBM menggunakan sawit, kompor emak-emak menggunakan gas batu bara. Semoga…
Abi Kusno
Negara kita kaya dengan sumber energi. Sampai saat ini pemanfaatan jauh dari kata optimal. Salah satu panas matahari. Tidak kurang 10 jam sehari semalam daerah kita diguyur panas matahari. Ahli kita jumlah tak terhingga yang ahli dibidang ini. Mengubah panas matahari menjadi energi listrik. Ibu-ibu kita ajak beralih masak dengan kompor listrik. Bahan baku gratis. Tersedia sepanjang masa. Selanjutnya, kita ucapkan selamat tinggal gas elpiji ????
Sumber: