Hiyy! Musi Rawas Rawan HIV/AIDS
PALEMBANG- Hiyy! Selain di Kota Palembang, ada beberapa daerah di Sumsel yang menjadi menjadi fokus intervensi terhadap penyebaran penyakit HIV/AIDS. Diantaranya, Kabupaten Banyuasin, Prabumulih, Muara Enim, Musi Rawas, dan Musi Banyuasin.
"Daerah tersebut saat ini menjadi fokus intervensi kami karena dianggap rawan HIV AIDS," kata Ketua Yayasan Sriwijaya Plus Rachmat Soleh saat dibincangi, Jumat 2 September 2022.
Dikatakan Rachmat Soleh, jumlah staf Sriwijaya Plus sebanyak 18 orang termasuk dil apangan yang melakukan sosialisasi. Sejauh ini, pihaknya telah mendampingi sebanyak 2.151 kumulatif orang yang terinfeksi HIV AIDS. Hal tersebut sesuai data per Juni 2022 di Sumsel. Yayasan Sriwijaya Plus sendiri fokus terhadap perilaku kesehatan terhadap ODHA yang terinfeksi HIV AIDS.
"Kita berikan pendampingan dan sosialisasi," bebernya.
Lebih lanjut dia menerangkan, sejauh ini Yayasan Sriwijaya Plus sedang fokus intervensi di beberapa daerah. Dia menilai, daerah ini dianggap cukup rawan ODHA. Kabupaten dan kota tersebut diantaranya, Kota Palembang, Banyuasin, Prabumulih, Muara Enim, Musi Rawas dan Musi Banyuasin. Selain rawan, daerah tersebut selalu memberikan data di Dinkes Sumsel dengan angka ODHA cukup tinggi.
"Tidak dipungkiri orang terinfeksi HIV AIDS memang banyak,"bebernya.
Berdasarkan data yang ada sampai Juni 2022 di Sumsel ada 210 kasus HIV yang tersebar di 13 Kabupaten/Kota dengan rincian, Kota Palembang 112 kasus, Banyuasin 19 kasus, OKI 17 kasus, Muara Enim 15 kasus, OKU Timur 11 kasus, Muba 10 kasus, Prabumulih 7 kasus, OI 5 kasus, OKU 4 kasus, Pagaralam ada 3 kasus, Lahat dua kasus, Lubuklinggau serta OKU Selatan masing-masing satu kasus.
Sementara, data Dinas Kesehatan Kota Palembang, ada 185 kasus HIV sepanjang Januari sampai bulan Juli 2022. Dari 185 kasus, 116 nya disebabkan Lelaki Sama Lelaki (LSL) atau gay. Palembang menjadi kota tertinggi di Sumsel dengan angka HIV terbanyak.
Baca Juga : Pembunuh Ontary Ditangkap, Sempat Kabur ke Padang
Rinciannya ada 15 mahasiswa, 35 pegawai swasta, 3 tenaga profesional non-medis, satu tenaga profesional medis, 14 wiraswasta, dua orang tidak bekerja serta 46 dan lain-lain. Jumlah ini terbilang meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 64 kasus.
Kendati demikian, Kasi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Sumsel Muyono mengungkapkan, obat untuk ODHA sudah tersebar layanan kesehatan di 17 kabupaten dan kota se Sumsel. Namun, dia enggan menjelaskan secara detail, jumlah dan mekanisme penebusan obat. Hanya saja, dia memastikan stok obat cukup.
"Kita sudah menyediakan obatnya dan sudah didistribusikan semuanya," ujarnya. (Sumeks.co)
Sumber: