Mengenal Filosofi dan Makna dari Ketupat Lebaran
--freepik
SILAMPARITV.CO.ID - Ketupat, sebuah hidangan khas yang selalu dihidangkan saat perayaan Lebaran, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi tersebut. Popularitas ketupat sebagai hidangan Lebaran tidak hanya sekadar dari segi kuliner, tetapi juga memiliki makna dan filosofi yang mendalam.
Ketupat merupakan makanan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan daun kelapa yang dianyam membentuk bentuk persegi. Hal ini telah menjadi ciri khas dari hidangan utama yang disajikan selama perayaan Lebaran. Biasanya, Ketupat disantap bersama dengan hidangan khas Lebaran seperti opor, sambal goreng, dan lainnya.
Tradisi penghidangan ketupat ini memiliki makna filosofis yang dalam, khususnya bagi masyarakat Jawa. Ketupat dianggap sebagai simbol permohonan maaf antar sesama, di mana saat seseorang berkunjung ke rumah kerabatnya, mereka akan disajikan ketupat dan diminta untuk memakannya.
Dengan memakan ketupat tersebut, secara simbolis pintu maaf diantara mereka terbuka, dan kesalahan serta khilaf di antara keduanya dihapuskan. Filosofi dari pembuatan ketupat juga memiliki nilai-nilai yang sangat penting.
BACA JUGA:Hati-Hati! Kenali Ciri-Ciri dan Gejala Flu Singapura, Berpotensi Menular Saat Mudik Lebaran
Ketupat terbuat dari tiga bahan utama, yaitu janur kuning, beras, dan santan. Janur kuning, atau pelepah daun kelapa muda, melambangkan tolak bala atau penolak bahaya. Sedangkan beras dianggap sebagai simbol kemakmuran, diharapkan agar masyarakat diberi kelimpahan kemakmuran setelah perayaan Lebaran.
Santan, yang dalam bahasa Jawa disebut santen, berkaitan dengan kata 'ngapunten', yang berarti memohon maaf. Istilah 'ketupat' sendiri berasal dari kata 'ngaku lepat', yang artinya mengakui kesalahan, serta 'laku papat', yang berarti empat tindakan.
Tradisi sungkeman, yaitu memohon maaf di hadapan orang tua, adalah bagian dari praktik 'ngaku lepat' atau mengakui kesalahan. Hal ini mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, serta memahami arti pentingnya saling memaafkan dalam hubungan antar sesama.
Makna dari tradisi ketupat Lebaran juga melibatkan pemahaman tentang saling memaafkan dan menghapus dosa-dosa. Dengan memakan ketupat, umat Islam diharapkan dapat merayakan kebebasan dari kesalahan-kesalahan mereka, serta bersedia untuk saling memaafkan dan memulai kembali dengan hati yang jernih.
Dalam pandangan simbolis, bentuk ketupat yang persegi melambangkan harmoni dan keseimbangan alam, serta menegaskan pentingnya manusia untuk tidak pernah melupakan Allah SWT dalam setiap langkah hidup mereka.
Melalui tradisi penghidangan ketupat, masyarakat tidak hanya menikmati hidangan lezat, tetapi juga menghargai nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti permohonan maaf, pengampunan, dan harmoni antar sesama.
BACA JUGA:Transparansi dan Tindakan Tegas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Berantas Calo Tiket Mudik Lebaran 2024
Sumber: