Menang Lotere
![Menang Lotere](https://silamparitv.disway.id/uploads/image-30.png)
Mirza Mirwan
Tentang santri Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang yang sering dikirim ke Jepang, saya tidak kaget. Kalau ada pembaca Disway dari Padang Panjang, barangkali sependapat dengan saya: Perguruan Diniyah Putri memang hebat. Bukan karena usianya yang hampir satu abad, melainkan pola pembinaan santrinya yang, barangkali, tak ada sekolah Islam model asrama di Pulau Jawa yang bisa menyamainya, alih-alih menandinginya. Saya menyaksikannya sendiri ketika belasan tahun yang silam mengunjungi perguruan itu. Meskipun namanya "Diniyah", bukan berarti yang diajarkan hanya ilmu agama. Pelajarannya sama saja dengan MI, MTs dan MA pada umumnya. Kelebihannya adalah kegiatan di luar jam sekolah. Kegiatan santri sejak bangun tidur hingga berangkat tidur lagi terjadwal rapi. Bahkan tiap Senin dan Kamis semua santri juga berpuasa, lho. Untuk menjadi santri juga harus lulus tes masuk. Orang tua calon santri saja dites. Syarat pendaftaran juga harus menyertakan surat keterangan sehat seperti mau mendaftar Akmil/Akpol. Pembaca yang sudah 60+ pasti pernah dengar nama Aisyah Amini, anggota DPR dari PPP tahun 1970-an. Beliau itu alumni Diniyah Putri. Bahkan Rasuna Said yang dijadikan nama jalan di Kuningan itu juga alumni Diniyah Putri.
edi hartono
Dua proyek yg di-review: perbaikan rumah dan perbaikan gizi. Hasilnya? Pastilah banyak yg setuju karena semua happy. Dua yg tdk setuju mungkin yg iri rumahnya tdk dipilih untuk diperbaiki. Pendapatnya pasti kurang tepat sasaran, wkwk. Beda lagi misalnya, dua proyek yg di-review adalah: proyek kereta cepat dan pembagunan ibu kota baru. Hasilnya? Haha. Review ini saya kira cocok untk proyek2 perbaikan dan pengembangan. Kita tahu budaya kaizen pada masyarakat Jepang: perbaikan kecil2 namun berlangsung terus menerus. Hasilnya luar biasa. Namun review ini kurang cocok untuk menilai proyek2 visioner yg diemban seorang pemimpin. Saya yakin pak dahlan jg punya proyek visioner ketika mengembangkan Jawa Pos. Banyak pro dan kontra pada proyek visioner. Jadi sebarkan virus review untuk menilai proyek di tiap desa2. Bagus lg kalau diwajibkan. Dengan dana desa yg milyaran, pasti virus ini akan membuat pengembangan desa jadi lebih tepat sasaran.
edi hartono
Bedanya pada mekanismenya bung. 1jam pertama adalah untuk pembicara: 2 ahli dan 4 perwakilan warga desa yg di pilih acak. Berbicara didepan 30warga yg juga di pilih acak. 30 warga ini mendengar dan tidak berbicara. Namun merekalah yg memberikan penilaian, seperti juri. Hasil review ditentukan oleh 30 warga yg tdk berbicara ini. Beda dg praktik sekarang. Evaluasi, musyawarah, dll. Dalam acara itu yg berbicara biasanya ya yg itu2 saja. Orang biasa tidak memiliki kemampuan berbicara sebaik politisi dan aparat. Orang biasa kadang2 takut bicara. Di depan aparat, biasanya warga biasa jg pilih diam. Nurut saja. Kadang2 terbersit dalam pikiran mereka: sakarepmu pak, ngomong O sampai berbusa2, wkwkwk. Di review ini yg menentukan adalah orang2 biasa yg diam, yg tdk bicara. Mereka diam, namun memegang kertas dan pena.
Re Hanno
Proyek di negeri ini sudah puluhan tahun lalu terjangkit virus Taki. Malah langsung menggunakan namanya. Proyek yang penuh Teka Teki. Tak jelas berapa anggaran, tak penting proyej itu perlu atau tidak, tak jelas pula siapa yang mengerjakan. Semuanya penuh ketidakjelasan. Penuh Teka Teki. Takok Taki bahasa Baratnya. Mestinya Taki San berterima kasih pada pemerintah negara ini karena sudah menjalankan program penuh Takok Taki.
Jimmy Marta
Ada yg menyebut kegiatan evaluasi itu menelanjangi. Kenapa bisa? Dalam rapat, kadang ada sj yg bertanya sampai ke detail. Dikita, soal angka2 itu spt rahasia. Boleh tahu jumlah jgn tanya rinci nya. Istilahnya, boleh terbuka tp jangan telanjang…
Mbah Mars
Karena ini terkait desa-desa tetangga saya, maka saya wajib komen. Desa Sriharjo dan Guwosari adalah desa yang sedang berkembang terutama lewat sektor pariwisatanya. Sriharjo adalah salah satu desa di Kapanewon (Kecamatan) Imogiri. Imogiri terkenal karena di sini ada makam para raja Keraton Yogyakarta. Di Sriharjo ada destinasi kondang yang dikelola masyarakat setempat. Namanya Sri Keminut, sebuah kawasan wisata yang menyajikan panorama alam perbukitan dan keindahan sungai Oya. Adapun Guwosari adalah sebuah desa di Kapanewon Pajangan. Sudah sejak dulu desa ini memiliki obyek wisata berupa gua. Gua Selarong. Gua ini memiliki keistimewaan historis karena dulu merupakan tempat persembunyian Pangeran Diponegoro pada saat rumahnya di Tegalreja dibakar tentara Kompeni. Sebagian wilayah Guwosari merupakan perbukitan yang tidak terlalu tinggi. Harga tanah di kawasan ini melonjak naik seiring akan dibangunnya kampus terpadu UIN Sunankalijaga. Selain itu, kawasan di utara Guwosari adalah bertetangga dengan kampus besar nan megah, yaitu kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Apakah latar belakang demikian itu yang menjadi pertimbangan Taki memilih Sriharjo dan Guwosari sebagai tempat proyek percontohannya ?
Mbah Mars
Tentang banyaknya proyek pemerintah yang mangkrak saya punya data. Data tingkat lokal sih. Di tiga kecamatan sekitar saya, saya melihat proyek-proyek mangkrak antara lain: proyek limbah perumahan, proyek pipa air bersih, proyek pasar, proyek pusat informasi pariwisata dan proyek kios-kios sentra industri gerabah. Pada saat tukang batu mengerjakan saluran limbah, oleh warga diprotes begini: "Pak, kenapa saluran ini lebih rendah dari tempat penampungan air limbah, mana bisa mengalir ke penampungan?". Apa jawab sang tukang ?. "Halah, besuk-besuk, limbah ini juga tidak akan berfungsi". Opo tumon kayak gitu itu. Dan memang, tiga proyek pengolahan limbah yang ada di sekitar tempat tinggal saya, semuanya tidak berfungsi. Tentang proyek pipa air bersih yang nilainya milyaran juga unfaedah. Saya heran, di kampung-kampung yang semua penduduknya punya sumur yang airnya bersih, tidak ada masalah dengan air bersih sama sekali, namun di situ ditanam pipa-pipa yang berharga mahal. Sama sekali tidak termanfaatkan. Benar-benar mengubur duit. Saya "ngungun" jangan-jangan yang seperti ini terjadi secara masif tingkat nasional. Jika iya, alangkah ruginya negara ini. Untuk Guwosari dan Sriharjo apa betul-betul hasil evaluasi itu valid ? Kira-kira yang hadir dikasih uang transport tidak yang bisa mempengaruhi validitas evaluasi ?
fajar rokhman
Kalau tiap project di review, ntar ada biaya pengadaan review, yang diambil n% dari dana project dan jadi mata air baru. pemilihan reviewer juga rentan penyalah gunaan, ntar ada singgungan masalah ras, dan partai yang dapat bagian review. kalau udah di review, apa ntar jamin gak di demo? lah kan yang demo gak dapat jatah review.
Jokosp Sp
Saya mengambil contoh proyek di dekat rumah, yang jika lewat jadi nggumun. Kok begini ya cara kerjanya. Proyek pelebaran jalan, saya mengistilahkan proyek pelebaran meteran. Sudah mengerjakannya lama, pas musim penghujan, penanganan safetynya tidak diperhatikan, padahal dipinggir jalan utama kabupaten. Selesai proyek kok tidak dilanjutkan ?. Jadinya lucu, tidak ada estetika kota jadi indah. Dari sempit karena trotoar, kemudian melebar kira - kira 1 km ( hasil pelebaran ), kemudian menyempit lagi oleh bangunan lama yang salah pembentukan parit. Adalagi di jalan masuk perkampungan. Dibuat parit di kanan kiri jalan di depan perkampungan kanan kiri sepanjang 1 km juga. Pengerjaan lama, kurang terkonsep. Habis digali untuk pasang beton, material lain belum siap. Masih nunggu pasir, semen, gorong -gorong. Apakah seperti ini rata - rata pengerjaan proyek ? Yang kata orang - orang ini proyek pemberian ke team sukses pencalonan bupati kemarin. Makanya tidak ada standard pengerjaan proyek, pengerjaan dengan mengabaikan safety, kualitas bangunan yang sangat rendah dan hasil bangunan yang tidak punya estetika. Proyek bagi - bagi, makanya kotanya tidak pernah rapi. Selesai bangun tidak ada lanjutan proyeknya. Juga tidak ada maintenance parit secara kontinyu, ya akibatnya parit buntu oleh tanah dan pasir. Jika hujan jalan tersebut jadi banjir. Lucu saja kami melihat.
Mirza Mirwan
Gegara Pelosi ke Taiwan, saya tak punya kesempatan membaca buku barang 1-2 halaman. Bolak-balik saya menengok media berbayar, seperti NYT, USA Today, dll. Juga media yang bisa diakses gratis, seperti AlJazeera, Xinhuanet, dll. Seperti saya tulis di CHD "Membaik Memburuk" sebelum Subuh tadi, kedatangan Pelosi disambut meriah. Tetapi juga sambutan pengunhuk rasa yang menentang kedatangannya di depan hotel tempat Pelosi menginap, Grand Hyatt. Tadi pagi Pelosi sudah bicara di depan Parlemen Taiwan, dilanjutkan bicara dengan Tsai Ing-wen di kantornya. Rencananya juga akan mengunjungi museum HAM, dan lainnya lagi. Alhamdulillah, sejauh ini belum ada respon verbal dari PLA yang bisa membahayakan rakyat Taiwan -- dan semoga seterusnya. Tetapi, memang, Kementerian Luar Negeri Tiongkok sudah mengeluarkan statemen keras. Xinhuanet memuat lengkap statemen Kemenlu Tiongkok itu, yang terdiri dari 6 paragraf panjang. Yang sudah jelas adalah ini: Tiongkok menghentikan impor buah-buahan dan ikan dari Taiwan. Semoga saja Beijing percaya pada komitmen AS yang tetap berpegang pada prinsip "Satu China" dan tidak mendukung kemerdekaan Taiwan.
Macca Madinah
Inisiatif yang patut didukung, mengingat sekarang ini dana turun (bukan mengalir) sampai jauh…. dana desa. Yang harus dibangun itu, kesadaran masyarakat bahwa ada hal yang harus diawasi, dikritisi, bukan "hayuk saja" lalu kemudian diomongin di belakang. Sekarang ini, meminta orang menjadi ketua RT, RW, bukan perkara mudah. Kalau tidak ada duitnya, orang tidak mau, ya mungkin karena banyak kesibukan, misal menonton serial K-Drama atau main game sampai pagi hehehe.
ibnuhidayat setyaningrum
Kalau review itu diterapkan di sebuah desa yang masyarakat nya awam dalam hal diskusi, apakah tidak memungkinkan terjadi perang silat antaroknum? Kan azaz sungkanisme di sebuah desa masih dijaga kekultusannya?
Sumber: