BACA JUGA:Lapas Kelas IIA Lubuk Linggau Resmi Buka Kegiatan Pembinaan Kemandirian bagi Warga Binaan
BACA JUGA:Kalapas Lubuk Linggau Ikuti Arahan Dirjenpas Terkait Penguatan Tugas dan Fungsi Pemasyarakatan
Meskipun angka ini tampak relatif rendah, Erwin menegaskan bahwa jumlah kasus HIV sebenarnya bisa jauh lebih tinggi, karena masih banyak masyarakat yang enggan melakukan pemeriksaan secara terbuka.
“Angka sebenarnya mungkin lebih tinggi karena banyak warga yang masih enggan melakukan pemeriksaan karena malu,” imbuhnya.
BACA JUGA:Makin Diminati, 20.053 Pelanggan Baru Home Charging Services Nikmati Kemudahan Isi Daya EV di Rumah
BACA JUGA:IKN Sebagai Ibu Kota Provinsi: Solusi Realistis atau Beban Struktural?
Penyebab Utama: Perilaku Seksual Berisiko
Menurut Erwin, perilaku seksual berisiko menjadi faktor dominan penularan HIV di Lubuklinggau. Baik hubungan heteroseksual tanpa proteksi maupun hubungan sesama jenis (LGBT) disebut sebagai penyebab utama.
“Kebanyakan karena hetero seksual dan LGBT (lesbian),” jelas Erwin.
Ia menambahkan bahwa sebagian dari pasien HIV yang tercatat bukan merupakan warga asli Lubuklinggau, melainkan warga dari luar daerah yang kebetulan menjalani pengobatan di sejumlah fasilitas kesehatan di kota ini.
“Jadi yang terdeteksi di Lubuklinggau ini bukan hanya warga Linggau, tapi juga warga luar,” pungkasnya.
BACA JUGA:Lonjakan Kasus Cerai di Kalangan Guru PPPK Blitar: 20 Pengajuan dalam 6 Bulan, Ada Apa?
Langkah Dinkes: Pengobatan Rutin dan Edukasi
Erwin memastikan bahwa seluruh penderita HIV yang sudah terdata rutin menjalani pengobatan di fasilitas kesehatan setempat. Ia juga menekankan pentingnya peningkatan edukasi dan layanan tes sukarela (VCT) untuk mencegah penyebaran lebih luas di masyarakat.
Dinkes Lubuklinggau mendorong seluruh lapisan masyarakat untuk tidak takut memeriksakan diri serta menghentikan stigma terhadap penderita HIV, agar upaya pencegahan dan penanganan dapat berjalan efektif.