“Harga emas naik bila permintaan tinggi dan akan turun bila permintaan berkurang. Namun, meskipun harga emas turun, ekonomi daerah tetap bisa terpengaruh oleh kondisi inflasi global,” ungkapnya.
Ia menambahkan, penawaran dan permintaan di tingkat global, termasuk kebijakan moneter negara maju serta situasi geopolitik, menjadi faktor penting dalam menentukan nilai tukar emas di pasar lokal.
BACA JUGA:Media Asing Kritik IKN Nusantara, Sebut Proyek Ambisius Ini Bisa Jadi Kota Hantu.
BACA JUGA:5 Cara Menemukan Passion untuk Memilih Jurusan Kuliah
Sempat Sentuh Rp14 Juta per Suku di Awal Oktober
Pada awal Oktober 2025, harga emas di Palembang sempat melonjak tajam hingga menembus Rp14 juta per suku, didorong oleh tingginya permintaan di pasar ritel dan tren investasi masyarakat terhadap emas fisik.
Namun kini, harga mulai melandai karena permintaan menurun dan sebagian masyarakat telah beralih ke bentuk investasi lain, seperti reksa dana atau deposito.
Soekanto menekankan supaya masyarakat tidak panik dan tidak membeli emas hanya karena tren.
“Langkah penting menjaga kestabilan harga adalah tetap tenang. Jangan terburu-buru membeli emas hanya karena ikut-ikutan. Jika pembelian dilakukan secara massal tanpa perhitungan investasi yang jelas, justru akan memicu lonjakan harga,” jelasnya.
BACA JUGA:10 Jurusan Kuliah dengan Peluang Kerja Besar dan Gaji Tinggi di Masa Depan
BACA JUGA:Lapas Narkotika Kelas IIA Muara Beliti Bersilaturrahmi Bersama Linggau Pos Media Group
Kesimpulan
Penurunan harga emas di Palembang menjadi indikasi bahwa pasar sedang menyesuaikan diri dengan tren global dan tingkat permintaan yang stabil.
Para ahli ekonomi sepakat bahwa fluktuasi harga emas bersifat normal, dan masyarakat diimbau untuk membeli emas sesuai kebutuhan atau tujuan investasi jangka panjang, bukan sekadar mengikuti tren.
BACA JUGA:“10 Buah Ajaib Penurun Kolesterol dan Asam Urat, Solusi Alami Tanpa Obat!”
BACA JUGA:Medco E&P Hadirkan Harapan Baru bagi Warga Sumaja Makmur Lewat Program Bedah Rumah