“Bangkit di Bawah Laut — KSOT: Kapal Selam Otonom 100% Anak Bangsa yang Memecah Langit Kedaulatan Nusantara”

Jumat 31-10-2025,13:50 WIB
Reporter : Chelsea
Editor : Chelsea

KSOT akan hadir dalam tiga konfigurasi: varian pengintaian (surveillance), varian serangan satu arah (OWA / kamikaze-style), dan varian peluncur torpedo. 

Misalnya untuk varian torpedo: mampu membawa torpedo kelas berat hingga dua unit. 

Spesifikasi yang dilaporkan: bobot sekitar 37,28 ton, panjang kurang lebih 15 meter, lebar 2,2 meter, draft 1,85 meter. Kecepatan jelajah mulai 5 knot hingga maksimal sekitar 8 knot (dalam versi awal) serta rencana daya jangkau hingga ribuan mil laut. 

Dalam penampakan terbaru, versi KSOT-008 disebut mampu operasi bawah laut hingga 72 jam, kecepatan hingga 20 knot, jangkauan hingga sekitar 200–320 mil laut, kedalaman operasi hingga 350 meter. 

Sistem kendali: menggunakan frekuensi radio langsung dan/atau satelit, serta terintegrasi dengan pusat komando mobile dan pangkalan TNI AL. 

Dengan demikian, KSOT bukan sekadar kapal selam tanpa awak, tetapi jauh maju: kapal selam otonom, dengan teknologi AI (kecerdasan buatan), sensor bawah laut mutakhir, dan persenjataan yang menunjang misi tempur maupun pengintaian.

BACA JUGA:Harga Emas Palembang Terkini, Melandai Jadi Rp12 Jutaan per suku

BACA JUGA:Ekonomi Digital Indonesia Melonjak 4 Kali Lipat, Geser Singapura dan Malaysia di ASEAN

 

Arti Strategis & Dampak Kemandirian Industri

irnya KSOT menjadi simbol kemajuan industri pertahanan nasional, khususnya dalam bidang maritim bawah laut. Beberapa poin penting:

Menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi konsumen alutsista, tetapi juga produsen — menempati posisi keempat dunia yang mengembangkan kapal selam otonom setelah Amerika, Rusia dan Cina.

Memperkuat postur pertahanan laut Indonesia di tengah kompleksitas geopolitik maritim Nusantara: kehadiran sistem otonom meningkatkan fleksibilitas, pengurangan risiko kepada awak manusia, serta operasi yang bisa berjalan lebih lama dengan logistik lebih ringan.

Mendorong pertumbuhan ekosistem industri pertahanan dalam negeri — mulai dari riset & pengembangan, desain, produksi komponen, hingga integrasi sistem. Penegasan TKDN ≥ 50 % menunjukkan alih teknologi dan pemberdayaan industri lokal.

Memberi sinyal kepada dunia bahwa Indonesia serius memperkuat kedaulatan bawah laut — di saat arsitektur keamanan maritim global terus berubah.

BACA JUGA:Psikolog Harvard Beberkan 5 Kebiasaan Orang Tua yang Membentuk Anak Hebat dan Percaya Diri

Kategori :