Menurutnya, penurunan defisit bukan hanya penting untuk menekan utang, tetapi juga memulihkan kredibilitas fiskal negara di mata pasar global.
“Langkah ini penting agar Prancis tidak kehilangan kepercayaan dari investor dan lembaga keuangan internasional,” tambahnya.
BACA JUGA:Pelabuhan Palembang Baru Tanjung Carat: Babak Baru Konektivitas Maritim Sumatera Selatan
BACA JUGA:Sudah S2 Akuntansi Tapi Tak Diterima di Mana Pun, Pria Ini Kini Mengamen Jadi Robot di Jakarta.
Dampak Politik dan Penurunan Peringkat Kredit
Peringatan keras Francois datang setelah beberapa lembaga pemeringkat dunia menurunkan peringkat prospek ekonomi Prancis.
Lembaga Moody’s baru-baru ini merevisi outlook Prancis dari stabil menjadi negatif, dengan alasan kekhawatiran atas fragmentasi politik yang menghambat pengambilan kebijakan fiskal.
Sebelumnya, Fitch Ratings dan S&P Global Ratings juga telah menurunkan peringkat kredit Prancis menjadi A+, mencerminkan meningkatnya risiko fiskal dan politik.
Kondisi ini memperburuk sentimen pasar terhadap Prancis, yang selama ini dikenal sebagai pilar ekonomi zona euro setelah Jerman.
BACA JUGA:Dibalik Kritik Publik, Prabowo Puji Dedikasi Polisi Yang Tetap Bekerja Untuk Rakyat.
Risiko ‘Mati Suri’ di Tengah Status Negara Maju
Istilah “mati suri” yang digunakan Gubernur Bank Sentral menggambarkan risiko stagnasi ekonomi jangka panjang, di mana pertumbuhan ekonomi sangat lemah, defisit tinggi, dan ruang kebijakan fiskal semakin sempit.
Situasi ini dapat berdampak pada:
-
Terhambatnya investasi publik dan swasta,
- Turunnya kepercayaan investor asing,
- Berkurangnya kemampuan pemerintah mendanai program sosial dan infrastruktur,
- Serta beban generasi muda yang akan menanggung utang besar di masa depan.
BACA JUGA:Indonesia Gandeng India Kembangkan Program Makan Bergizi Gratis Demi Generasi Sehat ASEAN