Mengenal Sejarah, Ragam Gerakan Tari Gending Sriwijaya, dan Fungsinya

Selasa 30-01-2024,15:00 WIB
Reporter : Septi Satria S
Editor : Ayu Fitriani

SILAMPARITV.CO.IDTari Gending Sriwijaya merupakan gerak tari raksasa peninggalan kerajaan Sriwijaya. Dahulu, tarian ini hanya dibawakan oleh kalangan kerajaan untuk menyambut tamu kerajaan.

Namun kini tari Gending Sriwijaya lebih banyak digunakan bahkan masyarakat Palembang menampilkannya dalam berbagai kesempatan seperti rapat pemerintahan, pernikahan, dan berbagai acara kebudayaan.

Selain itu, tari Gending Sriwijaya juga diiringi oleh musik yang merupakan gabungan dari alat musik gamelan. Musik gending dilengkapi dengan lagu yang biasanya menggambarkan rasa syukur dan kegembiraan atas kesejahteraan.

Sayangnya, tari Gending Sriwijaya saat ini tidak selalu menggunakan musik bergenre live dan original, namun seringkali hanya menggunakan rekaman musik yang sudah ada.

BACA JUGA:Melaju di Ajang Tradisional: Keindahan dan Keberanian dalam Budaya Makepung di Bali

Sejarah Tari Gending

Menurut sejarah, di Kerajaan Sriwijaya terdapat tarian-tarian yang diperuntukkan bagi persembahan kepada para dewa, serta tarian penyambutan; tarian sakral Tari Tanggai adalah nama tarian ini.

Sayangnya, perubahan dilakukan pada tarian ini karena adanya peraturan yang melarang perempuan menari pada masa penjajahan Belanda. Oleh karena itu, tari Tanggai mengalami perubahan dan dibawakan oleh laki-laki.

Tari Tanggai tidak diperbolehkan pada masa penjajahan Jepang. Dengan demikian, belum ada tarian tradisional untuk menyambut tamu di Palembang. Melihat kejadian tersebut, pemerintah Jepang pun meminta masyarakat Palembang untuk membuat tarian dan lagu pengiringnya agar menjadi tarian penyambutan.

Tari Gending Sriwijaya diciptakan pada tahun 1943 oleh Tina Haji Gong dan Sukainah A. Rozak. Bentuk tarian ini merupakan gabungan dari tarian tradisional yang sudah ada di palembang.

BACA JUGA:Menelusuri Kembali Jejak yang Hilang: Menghidupkan Kembali Budaya Lontara Toraja

Tarian Gending Sriwijaya juga menggunakan unsur agama Budha dan Batanghari Sembilan atau sembilan sungai di Sumatera Selatan. Pada penari ke-9 terlihat penggunaan unsur Batanghari Sembilan.

Dibantu oleh Nungcik A.R. yang menulis puisi, Dahlan Muhibat menulis lagu Gending Sriwijaya untuk musik tari. Pada tahun 1944, seluruh rangkaian tarian selesai dibuat dan akhirnya dipentaskan untuk pertama kalinya di halaman Masjid Agung Palembang pada acara penyambutan pejabat di Palembang.

Ragam Gerakan

Gerakan tari Gending Sriwijaya mempunyai tiga bagian. Ketiganya adalah gerakan pembuka, gerakan utama, dan gerakan akhir. Berikut penjelasan lebih detail rangkaian gerakan tersebut:

Kategori :