SILAMPARITV.CO.ID - Lebaran, merupakan sebuah perayaan keagamaan yang dirayakan oleh umat Muslim di seluruh penjuru dunia, menjadi momen penting yang menandai berakhirnya bulan Ramadan.
Tradisi Lebaran sangatlah beragam, bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya, namun ada beberapa elemen yang konsisten dalam merayakan perayaan ini di kalangan umat Muslim. Salah satu aspek yang umum ditemui adalah adanya hidangan khas Lebaran yang menjadi bagian integral dari perayaan ini.
Di berbagai negara, makanan khas Lebaran menjadi bagian tak terpisahkan dari kegembiraan dan kebersamaan yang tercipta selama perayaan ini.
Sebagai contoh, di Indonesia, masyarakat sering menyajikan hidangan khas seperti ketupat dan opor ayam sebagai bagian istimewa yang disantap bersama keluarga dan kerabat saat merayakan hari kemenangan.
Lebih dari sekadar lezat, hidangan-hidangan ini juga memiliki makna dan filosofi yang dalam yang erat kaitannya dengan kearifan lokal dan budaya masyarakat Nusantara.
Menurut Chef Wira Hardiansyah, seorang koki yang gemar berkeliling, hubungan antara ketupat dan opor ayam tidak hanya berkaitan dengan kesesuaian rasa, tetapi juga memiliki kisah yang melibatkan kebiasaan masyarakat Nusantara dalam mencocokkan sesuatu sebagai tanda pengingat atau penyatuan.
Ketupat, yang pada awalnya disebut kupat, merupakan singkatan dari konsep laku papat yang melambangkan pikiran, rasa, sikap, dan perbuatan manusia. Sementara itu, opor, memiliki akar dari konsep kehidupan 'apura-ingapura' atau 'ngapuro', yang mengajarkan pentingnya memaafkan dan meminta maaf dalam kehidupan.
Asal mula nama Lebaran sendiri, yang berasal dari kata 'leburan', mengandung makna peleburan dosa-dosa yang telah dilakukan. Oleh karena itu, penyajian ketupat dan opor selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan ini sebagai simbol permohonan maaf atas segala kesalahan, baik dalam tindakan maupun pikiran.
BACA JUGA:Rekayasa Lalu Lintas Ganjil-Genap Guncang Arus Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024
Opor sendiri merupakan hasil dari asimilasi budaya Nusantara, yang diadaptasi dari sajian 'qorma' dari Kerajaan Mughal di India. Meskipun teknik memasak dengan menggunakan yoghurt atau susu dalam qorma diganti dengan santan di Nusantara, namun makna dari hidangan ini tetap terjaga dengan baik.
Ketupat dan opor sudah dipasangkan bahkan sebelum Islam masuk ke Nusantara, karena maknanya yang mendalam dalam permohonan maaf. Persatuan antara keduanya mencerminkan kekayaan budaya dalam tradisi masyarakat Nusantara, yang telah berlangsung hingga saat ini.
Keberadaan dan kelestarian tradisi ini menjadi bukti dari nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi dalam upaya memperkokoh persatuan, kebersamaan, dan toleransi di tengah masyarakat yang beragam budaya dan latar belakang.
BACA JUGA:Tantangan Parenting Orang Tua di Tengah Kemajuan Teknologi