Petisi Tolak TKA Tembus 200 Ribu Tanda Tangan, Mendikdasmen: ‘The Show Must Go On’

Petisi Tolak TKA Tembus 200 Ribu Tanda Tangan, Mendikdasmen: ‘The Show Must Go On’

Petisi Tolak TKA Tembus 200 Ribu Tanda Tangan, Mendikdasmen: ‘The Show Must Go On'--ist

“The Show Must Go On”: Pemerintah Pastikan TKA Tetap Berjalan

Meski menuai kritik luas, pemerintah menegaskan TKA 2025 akan tetap dilaksanakan.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti mengatakan, program TKA sudah mendapat restu langsung dari Presiden Prabowo Subianto, sehingga tidak dapat dibatalkan.

“Jangan lupa, 3,5 juta sekian siswa sudah siap ikut TKA. Yang bikin gerakan (petisi) ini berapa? Jadi the show must go on, karena program ini sudah disetujui Pak Presiden,” ujar Mu’ti di Jakarta Selatan, Selasa (28/10/2025).

Mu’ti juga menilai petisi penolakan tersebut tidak masuk akal, sebab TKA tidak bersifat wajib.

Menurutnya, siswa yang tidak ingin mengikuti tes tidak akan dipaksa.

“Itu tidak masuk akal. Kami apresiasi yang bikin petisi, tapi ini program sukarela. Kalau suka rela, ya berarti tidak dipaksa,” tegasnya.

BACA JUGA:Demo Mahasiswa di Depan Kantor Gubernur Sumsel, Herman Deru Dijuluki Gubernur Helikopter.

BACA JUGA:Kerak di Dasar Rice Cooker Bikin Nasi Cepat Basi? Begini Cara Mudah Bersihkannya Pakai Bahan Rumahan!

P2G: Sosialisasi Pemerintah Belum Tuntas

Menanggapi fenomena petisi yang viral itu, Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menilai bahwa akar masalah sebenarnya adalah minimnya sosialisasi dari pemerintah terkait pelaksanaan TKA.

Iman Zanatul Haeri, Kepala Bidang Advokasi Guru P2G, menilai Kementerian Pendidikan belum berhasil menjelaskan secara utuh tujuan dan mekanisme TKA kepada sekolah maupun siswa.

“Menurut kami, kementerian belum tuntas dalam sosialisasi. Seharusnya dijelaskan secara terang-benderang apa tujuan TKA dan bagaimana pelaksanaannya,” kata Iman kepada Kompas.com, Selasa (28/10/2025).

Ia menambahkan, kurangnya komunikasi ini menimbulkan kepanikan di kalangan siswa dan orang tua. Bahkan, kondisi tersebut menyebabkan menjamurnya bimbingan belajar (bimbel) karena siswa mencari cara untuk mengejar materi dalam waktu singkat.

“Kepanikan dalam pelaksanaan tes itu hal yang pasti, tapi seharusnya bisa diantisipasi dengan sosialisasi yang matang,” ujar Iman.

Sumber:

Berita Terkait