Ning Tenar

Ning Tenar

Liam Then
Sesungguhnya tak hafal nama mertua lebih bahaya

Fra Wijaya
Jangankan sila ke 4 dari Pancasila yg kalimatnya lumayan panjang,wong sholat dhuhur sama ashar yg 4 rokaat aja saya sering lupa pas sholat udah di rokaat yg keberapa,mungkin anda² juga bukan saja pernah tp sering alami hal itu juga kan,kata pak ustadz manusia itu tempat salah dan lupa,jare wong jowo wong urip iku ilok lali,salut buat Cak Anang,sudah jarang orang sprt anda di era skrg…

Macca Madinah
Setelah baca tulisan Disway hari ini saya langsung coba menyebutkan sila-sila Pancasila, tidak berani keras-keras, dalam hati saja sambil mulut komat-kamit. Tanggapan saya, Si Pak Anang ini keras juga, mungkin dalam waktu yang sebentar itu beliau sudah merasa lelah mengetuai DPRD, mungkin. Jadi ketika ada alasan tiba, langsung disambar hahaha. Ngemeng-ngemen, susah mengabaikan kalau ada orang yang merasa usia 34 tahun itu sudah kasep nikah, yang merasa lelaki pula. Plus lagi ditimpali oleh Pak Mirza. Onde-mande, gimana kabar kami para perempuan yang baru menikah di atas 35 tahun? Dunia memang kejam Ladies!

Budi Utomo
Trisila: 1) socio-nationalism (kebangsaan/nasionalisme berdasar kemanusiaan/internasionalisme = Sila 3 + Sila 2). 2) socio-democratie (kerakyatan/demokrasi untuk kesejahteraan/ keadilan sosial = Sila 4 + Sila 5). 3) Ketuhanan (yang mana semua pemeluk agama saling menghormati satu sama lain sebagai makhluk sosial). Jelas sekali Sukarno sangat menekankan Sosialisme yang dalam bahasa Indonesia disebut gotong royong. Membangun Indonesia agar semua rakyat sejahtera dan tak ada lagi kemiskinan ekstrem. Sesuatu yang berhasil diklaim dicapai Skandinavia atau Tiongkok masa kini. Itulah Welfare / Socialist Countries. Silahkan simak sendiri teks pidato lengkap Sukarno mengenai Ekasila/Sosialisme/Gotong Royong dan Trisila dengan keywords: isi pidato trisila ekasila sukarno yang kini masuk ruu hip.

Bedy Da Cunha
Salut buat Cak Anang yg Jujur dan apa adanya. Suatu saat Anda layak menjadi Ketua Umum PKB.

Isya Mahfud
Kalau mundurnya ketua DPRD luamajang ini dijadikan cermin dan teladan..jangan2 kebanyakan dari pejabat kita baik dari tingkat menteri sampai pejabat2 dibawahnya..akan mengundurkan diri secara berjamaah. Tragis..!

yea aina
Cak Anang AS, ketua PKB Lumajang, dengan enteng mundur dari kursi ketua DPRD. Lain DPRD ada DPR dengan level lebih tinggi. Nasional. Ketuanya bukan ketua Umum partai, anda sudah tahu. Menyaksikan baliho-baliho yang masif terpasang seantero negri, dengan caption kebhinekaan. Sing ketua ini siap mundur juga dari kursi ketua lembaga tinggi perwakilan rakyat, tapi cuma pindah kursi lainnya. Tentunya yang lebih empuk dan tinggi pula, anda sudah tahu

Alon Masz Eh
Aku rindu dinding sekolahku Terkait garuda Pancasila diatas papan tulis Diapit foto bapak Presiden dan bapak wakil presiden tersenyum ke arahku Lalu ku menoleh ke dinding pintu masuk, tertempel teks pancasila dan UUD 1945 yang harus selalu hapal dalam ingatanku… Atau aku disetrap di samping papan tulis itu Aku menoleh ke dinding yang lain, ada tulisan lusuh jadwal pelajaran ku… Alamak, aku belum kerjakan PR matematika. Ini pelajaran penting yang ga bisa di hapal, pelajaran biar ga salah itung duit….

Chei Samen
Allah s.w.t mencampakkan ke mulut pendemo untuk soalan test tahap hapalan Pancasila Mas Anang.. Yang terjadi, anda sudah tahu. Yang saya tak tahu, malah terjadi ramai sekali pendokong Mas Anang atas responsibiliti yang beliau ambil. Juga akhirnya kita ketemu sebuah hati, sebuah jiwa, sebuah akhlak, yang kita semua banggakan. Tahniah untuk warga +62..

Teguh Gw
Lumayan. Mas Anang jadi pelipur lara bagi rakyat jelata yang sudah terlalu kenyang dikelabui mereka yang mengaku sebagai wakil-wakilnya. Hidup Anang.

Liam Then
Hari ini, tiga kalimat terakhir tulisan Pak DI yang bikin saya mikir. Hasil perjuangan reformasi, kenikmatan perjuangan reformasi. Dan kenikmatan sesaat jadi ketua DPRD yang di lepas oleh Mas Anang. Kata nikmat kenapa dihubungkan dengan jabatan publik? Jabatan yang penuh tanggung jawab besar, beban berat sumpah jabatan. Nikmatnya dimana? Hehehe…apakah alam bawah sadar Pak DI mengakui, jabatan publik penuh kenikmatan. Atau Pak DI menyentil salah kaprah tenang enaknya menjadi pejabat publik yang luas beredar? Hanya Pak DI yang tahu yang mana. Menurut banyak penggalan manuskrip peninggalan pujangga, para sesepuh yang tercerahkan di masa lampau. Jabatan publik sama sekali tak ada kenikmatannya. Yang ada tanggung jawab yang berat. Beban pikiran yang hebat, yang harus diemban. Sampai banyak adengan ,para kaum bijak, sorong-sorongan. Ketika disuruh mengemban jabatan. Ngga mau.Takut ngga kuat dan mampu. Takut bebannya. Disini ketauan. Orang bijak dulu, mengertinya lain tentang jabatan publik. Ngga ada nikmatnya sama sekali. Saya ngga tahu, berapa banyak sedulur penghobi Disway yang pernah merasakan nikmatnya jabatan publik. Buat yang tak pernah merasakan ,ngga papa, rasanya, saya kira, kurang lebih saja. Nikmat menjadi pejabat publik tulisan Pak DI, mari berprasangka baik. Itu bukan nikmat berhubungan dengan materi. "Eh ,bukan materi kok, ada nyentil mobil dinas?" Saya mbahtin. "Ah,itu cuma kembang-kembangnya tulisan Pak DI, kau ini,maksud Pak DI,pasti nikmat melayani."

Fenny Wiyono
kok langka ya org seperti Pak Anang..

yohanes hansi
Ndak apa-apa, pak Anang. Orang jujur mundur dikit lalu maju jauh ke depan. Jangan yang maju dikit lalu mundur terus.

Budi Utomo
Tapi menyamakan SBNR dengan agama KTP kurang tepat. Prinsipnya jangan menghakimi tingkat spiritualitas seseorang. Saya setuju dengan satu argumen yang ada dalam artikel yang Koh Liang beri yaitu bahwa ada kecenderungan SBNR untuk tidak terikat dengan organized religion. Itu ciri terkuat dari SBNR. Ada nuansa freedom/kebebasan dalam SBNR. Yang membuat hubungan antar agama menjadi begitu cair dan tidak kaku/rigid. Pemuka agama yang SBNR (atau semi SBNR) misalnya mendiang Anthony de Mello, SJ. Bukunya Doa Sang Katak sangat SBNR menurut saya pribadi. Gus Dur dengan humor-humor nyelenehnya misal mengenai Agama Yang Paling Dekat dengan Tuhan atau Mengapa Bantul dilanda gempa dahsyat, boleh dibilang SBNR juga. Wkwkwk

Pryadi Satriana
'Salah' dan 'benar', Pak Budi Utomo. Fenomena SBNR itu muncul krn orang sudah "muak" dengan "organized religions." Fenomena itu justru muncul di "agama2 samawi." Mereka melihat adanya "kasus2", sedemikian banyak shg disebut "pola/pattern", beragama yg penuh kemunafikan: pastur yg "main belakang" dg jemaatnya, pendeta yg "meruda-paksa" jemaatnya, ustaz yg "menggarap" santriwatinya, ustaz yg "menipu, memalak, dsb." Fenomena2 spt itu yg membuat orang beralih: dari 'religious' menjadi 'spiritual'. Kerennya: SBNR. Mereka bukan sekadar 'Islam/Kristen KTP'. Mereka sdh beralih: ada yg 'terang-terangan', di KTP tertulis: Penghayat Kepercayaan. Makanya saya sebut 'salah'. Ada jg yg 'Islam/Kristen KTP', makanya sy katakan 'benar'. Saya sendiri ndhak mbedakan keduanya, tapi 'menghubungkannya', krn bagi saya 'religion is organized spiritual practices' ('agama' adalah 'tata-cara' dalam 'olah roh' (ber-sembah- Yang, menyembah Allah, yang adalah Roh). Salam. Rahayu.

Sumber: