Mengulik Sejarah Hamas, Kita Harus Tau

Mengulik Sejarah Hamas, Kita Harus Tau

Lubuklinggau, Silampari TV - Hamas merupakan organisasi yang tidak lepas antar konflik Palestina dan Israel. Hamas adalah gerakan nasionalis Palestina dan gerakan Islam militan yang beroperasi di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Islamic Resistance Movement merupakan sebutan untuk hamas dalam bahasa Inggris, artinya Gerakan Perlawanan Islam. Mereka mempunyai tujuan memerdekakan Palestina lewat organisasi politik-militernya. Nama Hamas merupakan akronim dari "Ḥarakat al-Muqāwamah al-Islāmiyyah," yang berarti Gerakan Perlawanan Islam. Hamas telah memainkan peran penting dalam dinamika konflik Israel-Palestina dan telah memengaruhi perjalanan upaya perdamaian di wilayah tersebut. Konflik ini melibatkan banyak isu, termasuk status Yerusalem, hak-hak warga Palestina, perbatasan, dan pemukiman Israel di wilayah Palestina. Hamas tetap menjadi salah satu kelompok utama dalam upaya Palestina untuk mencapai kemerdekaan dan menyelesaikan konflik dengan Israel. Sejarah Terbentuknya Hamas yang Awalnya Gerakan Damai Sejarah terbentuknya Hamas bermula pada akhir tahun 1970-an, ketika aktivis yang terkait dengan kelompok Islamis Ikhwanul Muslimin mulai membangun jaringan amal, klinik, dan sekolah di wilayah pendudukan Israel setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967. Mereka aktif di wilayah tersebut, termasuk Jalur Gaza dan Tepi Barat. Aktivitas mereka di Jalur Gaza terfokus pada berbagai masjid, sementara di Tepi Barat, khususnya di universitas-universitas. Aktivitas Ikhwanul Muslimin di wilayah-wilayah ini pada umumnya bersifat non-kekerasan. Namun, beberapa kelompok kecil di wilayah pendudukan mulai memanggil untuk melakukan jihad, atau perang suci, terhadap Israel. Pada bulan Desember 1987, di awal pemberontakan Palestina yang dikenal sebagai intifada melawan pendudukan Israel, Hamas didirikan oleh anggota Ikhwanul Muslimin dan faksi-faksi agama Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Organisasi baru ini dengan cepat mendapatkan dukungan yang luas. Dalam piagamnya yang dibuat pada tahun 1988, Hamas menyatakan bahwa Palestina adalah tanah air Islam yang tidak boleh diserahkan kepada non-Muslim. Untuk merebut kendali atas Palestina dari Israel adalah kewajiban agama bagi umat Muslim Palestina. Posisi ini membawa Hamas berselisih dengan PLO, yang pada tahun 1988 mengakui hak Israel untuk eksis. Hamas akan mulai beroperasi secara independen dari organisasi Palestina lainnya, yang menyebabkan konflik antara kelompok ini dan mitra nasionalis sekuler mereka. Serangan Hamas yang semakin keras terhadap target sipil dan militer mendorong Israel untuk menangkap sejumlah pemimpin Hamas pada tahun 1989, termasuk Sheikh Ahmed Yassin, pendiri gerakan ini. Dalam tahun-tahun berikutnya, Hamas mengalami reorganisasi untuk memperkuat struktur komando dan menyusun pemimpin kunci sebagaimana Israel tidak dapat mencapainya. Biro politik yang bertanggung jawab atas hubungan internasional dan pengumpulan dana dibentuk di Amman, Yordania, dengan Khaled Meshaal sebagai kepala pada tahun 1996. Pasukan ʿIzz al-Dīn al-Qassām ini merupakan perubahan dari sayap bersenjata. Pada tahun 1999, Yordania mengusir pemimpin Hamas dari Amman, dengan tuduhan bahwa mereka telah menggunakan kantor mereka di Yordania sebagai pos komando untuk aktivitas militer di Tepi Barat dan Gaza. Pada tahun 2001, biro politik membentuk markas baru di Damaskus, Suriah. Namun, kelompok ini pindah lagi pada tahun 2012, ke Doha, Qatar, setelah kepemimpinan Hamas tidak mendukung pemerintah Suriah dalam tindakan kerasnya terhadap pemberontakan Suriah.  

Sumber: