Mengungkap Penyebab Bayi Meninggal dalam Kandungan: Penjelasan dr. Indra Tarigan, Sp.OG

Mengungkap Penyebab Bayi Meninggal dalam Kandungan: Penjelasan dr. Indra Tarigan, Sp.OG

Mengungkap Penyebab Bayi Meninggal dalam Kandungan: Penjelasan dr. Indra Tarigan, Sp.OG--ist

SILAMPARITV.CO.ID - Kehilangan bayi dalam kandungan adalah salah satu pengalaman paling menyakitkan bagi seorang ibu. Kondisi ini, yang dikenal dengan istilah stillbirth, terjadi ketika janin meninggal di dalam rahim setelah usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Meski cukup sering terjadi, penyebab pastinya sering kali sulit dipastikan.

Menurut dr. Indra Tarigan, Sp.OG, Dokter Spesialis Kandungan di Klinik Doa Ibu PersD, ada berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko bayi meninggal dalam kandungan. Beberapa di antaranya terkait dengan kondisi ibu, janin, atau faktor eksternal yang memengaruhi kehamilan. Berikut beberapa penyebab yang perlu diwaspadai:

1. Gangguan pada Plasenta dan Tali Pusat

Plasenta dan tali pusat memiliki peran krusial dalam menyediakan oksigen dan nutrisi bagi bayi di dalam rahim. Jika terjadi gangguan pada kedua organ ini, risiko stillbirth akan meningkat.

BACA JUGA:Kemendikdasmen Resmi Terapkan Ijazah Digital 2025: Solusi Inovatif untuk Pendidikan Indonesia

BACA JUGA:PT. Grace Strategy System Jalin Kerja Sama dengan Disnaker Muratara untuk Meningkatkan Ketenagakerjaan

???? Plasenta lepas sebelum waktunya (Solusio Plasenta):
Kondisi ini terjadi ketika plasenta terpisah dari dinding rahim sebelum bayi lahir, sehingga suplai oksigen dan nutrisi terhenti secara tiba-tiba.

???? Plasenta tidak berfungsi dengan baik:
Beberapa kondisi seperti preeklamsia dan diabetes gestasional dapat menyebabkan plasenta tidak dapat mendukung pertumbuhan janin dengan baik.

???? Tali pusat terpilin atau terjepit:
Jika tali pusat terbelit atau terjepit, aliran darah ke bayi bisa terganggu, menyebabkan kekurangan oksigen yang dapat berakibat fatal.

2. Kelainan Genetik dan Cacat Lahir

Beberapa kasus stillbirth disebabkan oleh kelainan kromosom atau gangguan perkembangan organ janin.

BACA JUGA:Kunci Jawaban Bahasa Indonesia kelas 10 halaman 143 Kurikulum Merdeka

BACA JUGA:Samsung Galaxy S25 Series Resmi Diperkenalkan, Pre-order Dibuka di Indonesia dengan Harga Mulai Rp 14 Juta

???? Kelainan kromosom:
Seperti sindrom Turner, trisomi 18 (Edward syndrome), dan trisomi 13 (Patau syndrome) yang sering kali menyebabkan janin tidak dapat bertahan.

???? Cacat lahir yang berat:
Gangguan perkembangan organ vital seperti jantung, paru-paru, atau otak juga bisa menjadi penyebab bayi meninggal dalam kandungan.

3. Infeksi Selama Kehamilan

Infeksi dapat berbahaya bagi janin, terutama jika terjadi pada trimester pertama atau kedua kehamilan.

???? TORCH (Toksoplasma, Rubella, CMV, Herpes):
Infeksi ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat dan meningkatkan risiko kematian dalam kandungan.

???? Infeksi bakteri atau virus lain:
Seperti streptococcus grup B, listeria, dan sifilis, yang dapat menyebar ke janin melalui plasenta dan menyebabkan komplikasi serius.

BACA JUGA:TVRI dan RRI Batal PHK Pegawai Setelah Viral di Media Sosial, Rapat dengan Komisi VII DPR RI

BACA JUGA:Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP Halaman 139-140 Kurikulum Merdeka, Kegiatan 7 Membaca Teks Laporan

4. Kondisi Kesehatan Ibu

Beberapa kondisi medis pada ibu hamil juga berperan besar dalam meningkatkan risiko stillbirth.

???? Tekanan darah tinggi (Preeklamsia):
Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan aliran darah ke bayi, sehingga janin kekurangan oksigen dan nutrisi.

???? Diabetes yang tidak terkontrol:
Dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan komplikasi plasenta.

???? Gangguan autoimun seperti lupus:
Bisa memicu peradangan dan gangguan sirkulasi darah ke janin.

???? PCOS & masalah hormonal:
Gangguan seperti Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) dapat mengganggu kehamilan dan meningkatkan risiko keguguran atau stillbirth.

5. Gangguan Pertumbuhan Janin (IUGR – Intrauterine Growth Restriction)

BACA JUGA:5 Rekomendasi Lippies Cocok untuk Neutral to Warm Undertone yang Akan Membuat Tampilan Anda Semakin Memukau

BACA JUGA:PDM Musi Rawas Mengikuti Penetapan PP Muhammadiyah tentang 1 Ramadhan 1446 H pada 1 Maret 2025

IUGR terjadi ketika janin tidak berkembang dengan baik di dalam rahim karena kurangnya pasokan oksigen atau nutrisi. Kondisi ini bisa disebabkan oleh plasenta yang tidak berfungsi optimal, tekanan darah tinggi, atau gangguan metabolisme ibu.

Janin dengan IUGR memiliki berat badan yang jauh di bawah normal dan lebih rentan mengalami komplikasi, termasuk kematian dalam kandungan.

6. Trauma atau Cedera pada Ibu

Kecelakaan atau benturan keras pada perut ibu bisa menyebabkan cedera pada plasenta atau janin, yang dalam beberapa kasus dapat berujung pada stillbirth. Oleh karena itu, ibu hamil harus selalu berhati-hati dalam beraktivitas dan menggunakan sabuk pengaman dengan posisi yang aman saat berkendara.

7. Kehamilan Lewat Waktu (Post-Term Pregnancy – >42 Minggu)

Kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu berisiko menyebabkan penurunan fungsi plasenta, yang berakibat pada kurangnya pasokan oksigen dan nutrisi ke janin.

Selain itu, cairan ketuban yang mulai berkurang juga bisa meningkatkan risiko komplikasi, seperti kompresi tali pusat yang menghambat aliran darah ke bayi.

Pentingnya Pemeriksaan Kehamilan Rutin

dr. Indra Tarigan, Sp.OG menegaskan bahwa deteksi dini bisa mengurangi risiko bayi meninggal dalam kandungan. Oleh karena itu, ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan memperhatikan tanda-tanda bahaya, seperti:

BACA JUGA:Cara Membayar Utang Puasa dengan Fidyah Menyambut Ramadan 2025

BACA JUGA:Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 121: Panduan Pembelajaran Cerpen yang Efektif

✔ Penurunan gerakan janin secara drastis.
✔ Pendarahan atau nyeri perut hebat.
✔ Tekanan darah tinggi atau pembengkakan ekstrem.
✔ Demam tinggi atau infeksi selama kehamilan.

Jika mengalami gejala-gejala di atas, segera konsultasikan dengan dokter kandungan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Stillbirth adalah kondisi yang menyakitkan dan dapat terjadi karena berbagai faktor, baik dari sisi ibu maupun janin. Namun, pemeriksaan rutin, pola hidup sehat, serta deteksi dini faktor risiko dapat membantu mengurangi kemungkinan bayi meninggal dalam kandungan.

Bagi ibu yang pernah mengalami stillbirth, penting untuk mengkonsultasikan riwayat kehamilan sebelumnya dengan dokter sebelum merencanakan kehamilan berikutnya. Dengan pemantauan yang baik, peluang memiliki kehamilan yang sehat dan bayi yang lahir selamat bisa lebih tinggi.

Mari bersama-sama meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan ibu hamil dan pencegahan stillbirth!

BACA JUGA:Pemerintah Umumkan Biaya Haji 2025, Ada Kenaikan? Simak Detailnya

BACA JUGA:Awal Ramadhan 2025: Muhammadiyah Tetapkan 1 Maret, Bagaimana Keputusan Pemerintah?

Sumber: