Simpati Ny Sambo

Simpati Ny Sambo

Oleh : Dahlan Iskan

Istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi

SEMUA peristiwa besar akan reda dalam 40 hari. Mungkin kecuali yang satu ini: soal tembak-menembak di Duren Tiga, Jakarta. Di hari ke-30 hujan deras memang sudah turun, tapi mendung masih juga tebal.
Tepat satu bulan urusan sesama polisi di rumah petinggi polisi itu justru baru mencapai salah satu klimaksnya. Si petinggi jadi tersangka: Irjen Pol Ferdy Sambo.
Padahal masih akan ada klimaks yang lain: siapa yang nge-DOR! dan siapa yang menyuruh. Atau yang nge-DOR dan yang menyuruh orangnya sama.
Setelah itu masih ada klimaks berikutnya: apa motif semua itu. Asmara? Proyek? Persaingan? Tumpang tindih jabatan? Kecelakaan? Sekadar akibat watak temperamental?
Jelas di hari ke-40 nanti belum akan reda. Terungkapnya isu korupsi terbesar sepanjang sejarah Indonesia pun sama sekali tidak menggoyahkan singgasana rating kehangatan berita Sambo.
Kasus ini memang telat meledak. Baru di hari ketiga diungkapkan. Itu pun dengan cara yang datar. Ledakan pertama rating justru baru terjadi di hari ke 7. Yakni ketika pengacara Brigadir J mulai angkat bicara keras. Ledakannya telat 7 hari. Maka redanya juga lebih lambat dari perkara besar yang lain.
Peristiwa ini juga lambat reda karena terlambatnya dimunculkan sisi manusiawinya. Selingan yang terasa manusiawi itu baru terjadi di hari ke-28 atau 29. Yakni ketika Ny Sambo datang ke Depok. Ke Markas Komando Brimob tempat suaminyi ditahan.
Ny Sambo, seorang dokter gigi, cantik, awet muda, datang ke Mako Brimob dengan baju kuning dalaman hitam. Kedatangannyi untuk menjenguk suami yang ditahan. Di hari kedua. Tidak diizinkan bertemu. Tapi Ny Sambo sempat memberikan sedikit keterangan kepada media: "Saya mencintainya apa adanya". Selebihnya Ny Sambo hanya diam. Sedikit menangis. Sangat wanita. Biar pun tinggi posisinyi dan banyak hartanyi.
Sisi manusiawi ini tidak mampu meredakan gejolak. Ny Sambo tidak seperti istri Roy Martin dulu –saya lupa namanyi. Yang di saat sang suami tertimpa bencana besar narkoba, sang istri mengucapkan kata-kata mengagumkan: "Semua ini jalan Tuhan. Pasti ada maksud baik Tuhan di baliknya".
Saat itu sang istri –duh, siapa sih namanyi?– langsung menarik simpati publik. Masyarakat memuji dan menyayangi sang istri. Sikapnyi sangat wanita dan berserah diri.
Sampai-sampai sang istri justru dijadikan bintang iklan Sido Muncul. Gila. Berani. Menjadikan istri seorang yang baru tertangkap kasus narkoba sebagai bintang iklan. Ini iklan melawan arus. Tapi harus dicatat dalam sejarah marketing: pernah ada iklan melawan teori seperti itu. Dan sukses.
Memang masih ada kata-kata sang istri yang akan dikenang abadi di iklan itu: "Di saat-saat yang sulit seperti ini saya harus hanya mendengarkan hati nurani saya sendiri".
Itu kata-kata yang sangat bagus. Simpatik. Bermakna dalam. Lalu ditambahi oleh misi iklan itu: dan di saat masuk angin saya harus tetap ingat…. (sebaiknya saya tidak menyebut langsung nama produk itu).
Mungkin Ny Sambo kurang mendengarkan hati nuraninyi sendiri. Atau sudah. Kelak, setelah 40 hari, kita akan tahu. Apakah pengaduan Ny Sambo soal pelecehan seksual oleh Brigade J itu muncul dari hati nuraninyi sendiri.
Yang jelas ucapan Ny Sambo bahwa dia mencintai suami yang sedang di jurang kehancuran itu sudah termasuk kata-kata yang istimewa. Bahwa itu belum mampu menggerakkan simpati publik, setidaknya simpati saya. (Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Mendung Udan
No Name
Dugaan saya, lagu mendung Udan dipakai sebagai pengiring kegiatan tim senam nya Abah .. Salam hormat dari Lombok

alasroban
Pencipta lagu "mendung tanpo" udan nampaknya sodara / handai taulan daripada yang mana pemilik media cetak / koran. Karena cita-citanya di masa depan baca koran sambil sarungan. Itu berita gembira bagi awak media / pemlik koran. Masa depan masih banyak konsumen.

Tri Hadmanto
Mendung Tanpo Udan (MTU). Sebuah kalimat yang bisa bermakna ganda. Bagi mereka yang mengharapkan HUJAN , maka MTU berarti harapan yang tidak terealisasikan, atau PHP atau bahkan musibah. Mendung yang sudah menggelantung memberikan harapan bahwa Hujan akan segera turun, karena kalau hujan turun, maka ia akan mendapatkan sesuatu yang menguntungkan, atau setidak-tidaknya langit menjadi terang, sehingga semuanya jelas terlihat. Di sisi lain, bagi mereka yang memiliki harapan "SEMOGA MENDUNG TIDAK BERLANJUT KE HUJAN" maka MTU adalah berkah baginya. Dan ia akan mendapatkan benefit dari batalnya hujan. Nah kembali ke Kasus Brigadir J yang telah menjadi mendung yang kian tebal. Sebagian besar masyarakat, paling tidak menurut hemat saya, berharap mendung itu dapat pecah dan airnya keluar habis habisan, sehingga langit menjadi terang benderang. Kalau yang terjadi ternyata TIDAK ADA HUJAN, maka mereka termasuk orang yanng kena PHP. Sebaliknya ada sebagian lagi masyarakat yang berharap bahwa MTU benar benar hanya Mendung saja, tanpa pernah jadi Hujan, maka ia akan lanjut dengan skenario yang telah disusun sebelumnya. Wallahualam Bisawab. Apakah MTU itu Berkah atau Musibah ?

thamrindahlan
drama duren tiga duren tidak selalu nikmat belaka mungkin angka tiga buat celaka rekayasa manusia berujung malapetaka lupa diri akan pesan hugeng santosa pelindung pelayan pengayum massa drama duren tiga terkuat siapa sutradara pemeran utama siapa ? dan bersih bersih wajib hukum dunia menjaga marwah dan wibawa buang yang buruk agar tidak semakin terpuruk salamsalaman

Udin Salemo
Cepat naiknya cepat juga turunnya. Lambat naiknya lambat juga turunnya. Itu sudah hukum alam. Karir pak sambo ini meroket terlalu cepat. Meroket beneran. Hanya dalam 6 tahun sudah bintang dua. Tahun 2015 masih akbp, 2022 sudah Irjen. Sementara mantan komandannya masih bintang satu. Juga peraih Adhi Makayasa Akpol 1994 yang satu angkatan sama beliau masih bintang satu. Ruaaaar biasa. Kayaknya para oportunis dan kaum pragmatis perlu belajar bagaimana cara meraih pangkat bisa melesat begitu cepat. Hehe… Tapi kalau saya tak akan belajar ilmu cara cepat naik pangkat. Sesuatu yang tidak mengikuti hukum alam dan tidak taat aturan hasilnya tidak bagus. Kalau bahasa saya hasilnya tidak barokah. Kalau yang dikejar hasil akhir tanpa proses itu ibarat sayuran tanpa garam: hambar. Sering orang yang tidak menjalani proses bersifat sombong, keatas menjilat kebawah menekan. Menjalani proses itu adalah nikmat.

Komentator Spesialis
Di Indonesia, cari jendral itu banyak. Yang susah itu cari kesatria. Yang punya harga diri dan tak bisa dibeli. Yang meletakkan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi. Yang takut kepada Tuhan, bukan kepada tunduk kepada makhluk.

Condro Mowo
Perlu dipertanyakan lagi soal lagu 'Mendung Tanpo Udan' , apa benar kebiasaan moco koran + sarungan masih jadi habit yang mengasyikkan. Koran masih ada, sarung tersedia, tapi kayaknya mending pegang hp, baca Disway sambil 'klèkaran' , dan komen bila dirasa uneg2 tak bisa dicegah. Yang dasteran juga masih menunggu lewatnya si tukang sayur. Soal si Sambo biar saja, sudah sangat banyak yang memberikan opini. Saya hanya ingin hasil finalnya, kebenaran dan keadilan berpihak pada yang sesungguhnya menerima, seperti halnya saya menunggu Timnas U-16 masuk final dalam AFF 2022 dan juara… Bravo Indonesia..

Jimmy Marta
Sy menaruh harapan besar pd seorang hebat itu pak mirza. Ia dari awal sudah bilang, memiliki semua kebenaran cerita. Dari sumber yg semua kelas satu.

mohammad aris
Sepertinya Abah sama Nyonya tidak cocok jadi bintang video klip lagu Mendung Tanpo Udan… Tidak seperti Prapatan Sleko…Ha..ha…

Sutikno tata
Ternyata gak perlu ngeraba sampe ketiak gajah.. lemak digajah sudah disedot tinggal kulit tulang. Tapi jangan lupa gajah mati meninggalkan gading. #aku ngiri koe nganan, wes bedo dahlan..

Salam CK
ada 2 dugaan kemungkinan motif, asmara atau non asmara jika misal non asmara , mungkin bisa di habisi dgn cara dan tempat yang tidak seperti ini. yang jelas skenario pelecehan (belum ada bukti) lalu kepergok lalu tembak menembak (sudah kebongkar kebohongannya.)

Harun Sohar
"Ada seorang hakim kena hukum otonom," kata Mahfud MD. "Agama lain bilang itu karma," lanjutnya. Hakim dimaksud adalah oknum yang korupsi milyaran. "Uangnya dibawa lari orang kepercayaannya," masih kata Mahfud MD. "Ada juga istrinya yang selingkuh dan kabur sama sopirnya," ungkapnya. "Jadi hukum di dunia ini tidak lengkap, masih ada hukum otonom," katanya mengakhiri penjelasannya. Apakah Jenderal galak yang lagi bermasalah itu terkena "Hukum Otonom" seperti yang diutarakan Mahfud MD? Entahlah. Yang jelas soal Mendung Udan seperti judul tulisan Disway hari ini, sudah dialami keluarga almarhum Brigadir Yoshua. Hanya saja kondisinya terbalik, bukan Mendung Tanpo Udan tetapi Udan Tanpo Mendung alias tak ada hujan tak ada angin tiba-tiba hujan (airmata) tiada henti. Saya jadi curiga, jangan-jangan permukaan air danau Toba naik oleh karena banjir air mata orang Batak se Indonesia karena tragedi Yoshua. Kalau tangisan Bu Jenderal itu saya tak paham. Mungkin itu kategori mendung udan gerimis Semoga keadilan bisa ditegakkan. Percayalah Tuhan lagi buat sinetron kelas Oscar

Sumber: