Mengapa Begitu Sulit untuk Menjadi Bahagia? Ternyata Ini 7 Alasan yang Jarang Disadari!

Mengapa Begitu Sulit untuk Menjadi Bahagia? Ternyata Ini 7 Alasan yang Jarang Disadari!

ilustrasi alasan kenapa tidak bahagia?--freepik

BACA JUGA:Aturan Baru di Debat Ketiga Pilpres: Pakai Satu Mikrofon dan Wajib Jelaskan Singkatan

Ia menasihati Anda untuk belajar memiliki sikap yang bijaksana dan tenang. 

"Kamu harus bersikap baik dan sabar terhadap diri sendiri  dan menyadari bahwa semakin kamu emosional, semakin besar kemungkinan kamu tidak ingat untuk melakukannya dengan benar," kata Blair.

3. Berpikir bahwa materi mendatangkan kebahagiaan 

Membombardir diri sendiri dengan hal-hal materi atau  eksternal demi kebahagiaan sebenarnya tidak mendatangkan kebahagiaan. Psikoterapis Linda Esposito mengatakan kebahagiaan adalah pekerjaan batin. 

BACA JUGA:Kenapa Usai Sarapan Malah Sakit Perut? Ketahui 4 Penyebabnya di Sini!

Anda bisa berbahagia dengan mobil baru, berlibur ke Jepang, dan menyantap makanan lezat sepanjang hari. Namun, semua ini hanya bersifat sementara. Kebahagiaan dapat tumbuh dari hubungan yang baik dan kuat, pengalaman positif, dan kenangan penuh kasih.

4. Takut akan kesepian 

Beberapa orang bergantung pada orang lain untuk kebahagiaannya. Hanya sedikit  orang yang takut sendirian. Faktanya, kebahagiaan datang dari dalam, bukan hasil dari sesuatu yang eksternal. 

Sesuatu mungkin perlu dilakukan jika Anda cepat merasa kesepian saat tidak ada. Cobalah untuk melakukan aktivitas tersebut sendiri dan berikan perhatian penuh pada diri Anda

 BACA JUGA:Mengenal Ikan Belida, Spesies Ini yang Menjadi Ikon di Sumatera Selatan

5. Pikiran negatif 

Salah satu penyebab kesulitan bahagia adalah pikiran negatif. Anda tidak harus sepenuhnya melepaskan pikiran negatif untuk merasa bahagia. Pikiran negatif diterima dan dilepaskan begitu saja.

Namun, ada pula orang yang sudah memiliki pikiran negatif dan bersifat kronis sehingga membutuhkan bantuan profesional. "Terapis yang berkualifikasi dapat membantu Anda mengungkap proses berpikir Anda sehingga  dapat dieksplorasi dan ditangani," Kata Esposito, menulis di Psychology Today.

6. Melihat diri Anda sebagai korban 

Sumber: