Review Film “Getih Ireng”: Teror Santet yang Beda, Mistis Lokal dalam Balutan Horor Modern
Review Film “Getih Ireng”: Teror Santet yang Beda, Mistis Lokal dalam Balutan Horor Modern--ist
SILAMPARITV.CO.ID - Menuju penghujung akhir tahun, bioskop Indonesia kembali diramaikan dengan kehadiran berbagai film horor yang memacu adrenalin. Salah satu yang paling mencuri perhatian kali ini adalah karya terbaru dari Hitmaker Studios berjudul Getih Ireng. Rumah produksi ini memang dikenal sebagai spesialis film horor dengan elemen mistik dan tradisi lokal yang kental, seperti Rumah Kentang, Kuntilanak, dan Santet Segoro Pitu. Kini, mereka kembali mencoba menggali sisi lain dunia klenik melalui film Getih Ireng, yang disutradarai oleh Tommy Dewo dan dibintangi oleh pasangan papan atas, Darius Sinathrya dan Titi Kamal.
Film Getih Ireng berkisah tentang Pram (Darius Sinathrya) dan Rina (Titi Kamal), pasangan muda yang baru menikah dan sangat mendambakan kehadiran buah hati. Mereka memutuskan pindah dari hiruk pikuk kota Solo ke Wonosobo, Jawa Tengah, dengan harapan bisa memulai kehidupan baru yang lebih tenang. Awalnya, semua berjalan harmonis hingga sebuah peristiwa aneh terjadi. Dalam acara syukuran rumah barunya, Rina melihat sosok kakek misterius yang menatapnya dari kejauhan. Sosok itu terus menghantui Rina, bahkan hadir dalam mimpi-mimpinya. Tak lama setelah itu, Rina hamil — namun kebahagiaan mereka berubah menjadi duka saat Rina mengalami keguguran secara misterius setelah bermimpi tentang kakek itu lagi.
BACA JUGA:Hari Santri Nasional 2025 di Lubuk Linggau, Santri Rayakan Dengan Aksi Positif dan Berkah.
BACA JUGA:Luna Maya Tampil Mencekam di Official First Look Film “Suzzanna: Santet Dosa di Atas Dosa
Rina merasa teror tersebut bukan kebetulan. Ia yakin ada kekuatan jahat yang mengincar dirinya dan kandungannya. Sementara Pram, yang berpikir logis dan modern, menganggap hal itu hanyalah stres dan gangguan psikis semata. Namun, situasi semakin mencekam saat Rina kembali diganggu dan rumah mereka mulai dipenuhi kejadian-kejadian aneh yang tak bisa dijelaskan. Pram akhirnya luluh dan memutuskan untuk meminta bantuan kepada orang pintar setempat bernama Pak Narto (Teno Ali).
Pak Narto kemudian mengungkap bahwa pasangan ini terkena serangan Santet Getih Ireng — jenis santet paling berbahaya karena menyasar darah dan keturunan suatu keluarga. Dalam kasus ini, target utamanya adalah rahim Rina, yang membuatnya akan selalu keguguran setiap kali mengandung. Lebih menakutkan lagi, Pak Narto memperingatkan bahwa kutukan tersebut bisa membuat mereka tak akan pernah memiliki anak selamanya. Dari sinilah perjuangan Rina dan Pram untuk melawan kutukan gelap dimulai.
BACA JUGA:Trump Murka, Ultimatum Hamas Hentikan Kekacauan di Gaza.
Dari sisi naskah, Getih Ireng ditulis oleh Riheam Junianti — sosok penulis yang sudah berpengalaman dalam proyek-proyek horor garapan Hitmaker Studios. Ceritanya memang terasa padat dan langsung menukik ke inti konflik tanpa banyak basa-basi. Namun, hal ini juga menjadi pedang bermata dua karena membatasi ruang untuk pengembangan karakter dan atmosfer yang seharusnya bisa lebih kuat. Beberapa adegan terasa terburu-buru, sehingga intensitas emosional yang dibutuhkan untuk membuat penonton benar-benar tenggelam dalam kisah Rina dan Pram belum sepenuhnya terbangun.
Meskipun begitu, kelebihan film ini terletak pada eksekusi visual dan penggambaran elemen mistis yang cukup segar. Tommy Dewo berhasil menghadirkan teror yang tidak hanya bergantung pada jump scare, tetapi juga pada ketegangan psikologis dan atmosfer kelam yang dibangun secara perlahan. Visualisasi “dunia gaib” dalam Getih Ireng juga terbilang menarik karena tidak berlebihan, namun tetap menimbulkan rasa penasaran dan ngeri yang mendalam.
BACA JUGA:Ameng Cs, Sindikat Narkoba Lintas Provinsi yang Lama Jadi Target Operasi Polisi Lubuklinggau.
BACA JUGA:Ribuan Pelari Tumpah Ruah di kawasan PLN dan Ruas Jalan Panglima Batur Hingga Jalan Biduri
Film ini juga menampilkan efek praktikal dan unsur gore khas Hitmaker Studios yang tak terlalu sadis, tetapi cukup efektif menambah ketegangan. Beberapa adegan memperlihatkan penderitaan akibat santet dengan cara yang cukup realistis — mulai dari mimisan, tubuh yang membiru, hingga muntah darah — yang disajikan tanpa kehilangan unsur dramatiknya. Meski demikian, beberapa pengadeganan terasa kurang mulus, sehingga efek kejut yang diharapkan kadang justru tidak maksimal.
Dari segi akting, Titi Kamal tampil solid dengan ekspresi ketakutan dan kepasrahan yang natural. Ia berhasil membawa emosi penonton untuk ikut merasakan penderitaan yang dialami Rina. Darius Sinathrya juga menampilkan performa meyakinkan sebagai sosok suami rasional yang perlahan mulai terperangkap dalam dunia mistis yang tak bisa ia pahami. Chemistry keduanya terasa hangat namun juga penuh konflik, menciptakan dinamika menarik sepanjang film.
Sumber: