SILAMPARITV.CO.ID - Sepuluh hari sudah berlalu sejak banjir besar merendam Desa Lubuk Pandan, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Bencana ini menjadi ujian berat bagi sekitar 380 kepala keluarga (KK) atau sekitar 1.380 jiwa yang harus bertahan di tengah keterbatasan.
Air yang meluap dari Sungai Musi dan Sungai Lakitan menggenangi rumah-rumah warga, kantor desa, fasilitas kesehatan, hingga sekolah. Ketinggian air yang semula mencapai lebih dari satu meter kini perlahan surut, namun masih menyisakan genangan air setinggi 60 cm di beberapa titik. Proses Surut yang Lambat, Aktivitas Warga Lumpuh BACA JUGA:Berkah Ramadhan, PLN UID S2JB Nyalakan Listrik 117 Pelanggan Prasejahtera GRATIS! BACA JUGA:Minyakita Tak Sesuai Takaran, Produsen Tertekan HET yang Tidak Realistis Menurut Kepala Desa Lubuk Pandan, Nasrullah, proses surutnya air terbilang lambat, hanya sekitar 20-25 cm per hari. Kondisi ini menyebabkan masyarakat kesulitan beraktivitas, terutama bagi mereka yang menggantungkan hidup dari pekerjaan harian. "Kondisi masyarakat sangat terdampak, mereka tidak bisa bekerja. Jadi, saat ini banyak warga yang menjadi pengangguran sementara," ujar Nasrullah dengan nada prihatin, Senin (10/3/2025). Banjir memang bukan hal baru bagi warga Desa Lubuk Pandan. Hampir setiap tahun, mereka menghadapi kondisi serupa. Namun, kali ini, durasi dan dampaknya terasa lebih berat. "Mereka tidak marah-marah karena sudah terbiasa dengan bencana tahunan ini. Tapi, bagi yang tidak punya tabungan, mereka biasanya berhutang di warung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," tambahnya. BACA JUGA:Berkah Ramadhan, PLN UP3 Lubuklinggau Lakukan Pasang Baru Listrik Gratis Melalui Program Light Up The Dream BACA JUGA:IMA Sumsel Gelar Mudik Gratis Lebaran 2025, Berikut Jadwal, Syarat, dan Cara Daftarnya Ancaman Penyakit Mulai Menghantui Warga Di tengah banjir yang masih menggenangi desa, muncul masalah baru yang mengancam kesehatan warga. Banyak yang mulai mengeluhkan penyakit kulit seperti gatal-gatal serta gangguan pencernaan seperti muntaber akibat air yang tidak higienis. "Banyak masyarakat yang mengalami gatal-gatal dan muntaber, tapi sejauh ini tidak terlalu parah karena sudah ada posko kesehatan yang disiapkan," jelas Nasrullah. Namun, keterbatasan akses terhadap fasilitas kesehatan tetap menjadi tantangan bagi warga. Jika kondisi ini berlarut-larut, dikhawatirkan penyebaran penyakit akan semakin meluas. Bantuan Sembako dan Air Bersih Sangat Diperlukan Saat ini, kebutuhan mendesak warga adalah bantuan sembako dan air bersih. Persediaan bahan makanan seperti beras, minyak sayur, gula, serta mi instan semakin menipis. BACA JUGA:Latihan Soal PTS/STS Bahasa Indonesia Kelas 8 SMP Semester 2 Kurikulum Merdeka 2025 Lengkap dengan Kunci Jawab BACA JUGA:Resmi Dibuka! Rekrutmen Bersama BUMN 2025 Tersedia 2.000+ Lowongan, Cek Daftar untuk Lulusan SMA dan SMK "Bantuan sembako seperti beras, minyak sayur, dan gula sangat dibutuhkan masyarakat. Mi instan juga penting, termasuk air bersih yang sangat dibutuhkan," kata Nasrullah. Sementara itu, Camat Muara Lakitan, Hermansyah, menyampaikan bahwa banjir di sebagian besar wilayah Kecamatan Muara Lakitan sudah mulai surut. Namun, Desa Lubuk Pandan masih terendam dengan ketinggian air yang bervariasi, bahkan di beberapa titik masih mencapai 1 meter. "Di wilayah lain sudah surut, tinggal Desa Lubuk Pandan yang masih bertahan dengan ketinggian air yang cukup tinggi," ungkap Hermansyah.Pemerintah daerah bersama relawan diharapkan segera menyalurkan bantuan bagi warga terdampak agar mereka bisa bertahan hingga banjir benar-benar surut. Selain itu, mitigasi bencana jangka panjang juga perlu dipikirkan agar kejadian serupa di tahun-tahun mendatang bisa diminimalisir dampaknya. BACA JUGA:THR dan Gaji ke-13 ASN 2025 Segera Cair, Presiden Prabowo Pastikan Pencairan Lebih Awal BACA JUGA:Animo Pemudik EV Diprediksi Meningkat saat Idulfitri, PLN Siapkan 1.000 Unit SPKLU di Jalur Trans Jawa-Sumatra