Baru 12 Hari Menikah Tangis Pria Banyuwangi Pecah Istri Tewas dalam Tragedi Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya

Jumat 04-07-2025,11:51 WIB
Reporter : Rendi Setiawan
Editor : Rendi Setiawan

SILAMPARITV.CO.ID - Suasana duka menyelimuti keluarga Febriani, pria asal Rogojampi, Banyuwangi, yang baru saja menikah 12 hari lalu. Kebahagiaan yang baru saja tumbuh usai mengikat janji suci bersama istrinya, Cahyani, berubah menjadi kepedihan mendalam setelah sang istri menjadi salah satu korban meninggal dalam tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, Rabu (2/7/2025) malam.

BACA JUGA:Tragedi Prabumulih: Ibu Muda Tewas Ditebas Suami Karena Cemburu dan Nafsu Tak Tertahan Ditolak Istrinya

BACA JUGA:BNN Pastikan Asap Pemusnahan Narkoba Aman Dihirup: Ini Penjelasan Ilmiahnya

Febriani tak kuasa menahan tangis saat mengenali jenazah sang istri di Posko ASDP Gilimanuk, Jembrana, Bali. Tangisnya pecah seketika kantong jenazah dibuka. Ia harus menghadapi kenyataan pahit kehilangan belahan jiwanya hanya beberapa hari setelah resmi menjadi suami istri.

BACA JUGA:Benarkah Makanan Bisa Memicu Mimpi Buruk? Ini Penjelasan Ilmiah Terbarunya

BACA JUGA:Bos BUMN China Dihukum Mati karena Korupsi Rp. 3 Triliun, Aset Disita Negara.

Detik-Detik Kapal Tenggelam

Perjalanan pasangan muda itu menuju Denpasar, tempat mereka akan memulai hidup baru, seketika berubah menjadi bencana. Febriani dan Cahyani menaiki kapal dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, pada Rabu (2/7/2025) malam sekitar pukul 22.30 WITA.

“Sempat terasa guncangan, saya pikir itu karena ombak. Tapi kapal mulai oleng ke kiri. Lampu dan mesin mati. Tidak ada alarm atau peringatan. Semua orang panik menyelamatkan diri sendiri,” kenang Febriani dalam kondisi masih terguncang.

BACA JUGA:Cerita Reflektif PPG Kemenag 2025: Pengalaman Guru dalam Merancang Pembelajaran Berdiferensiasi

BACA JUGA:10 HP Murah yang Bagus untuk Main Game, Mulai dari Rp 1 Jutaan: Ada Vivo, Realme hingga Infinix.

Febriani meminta sang istri, yang tak bisa berenang, untuk memeluk erat tubuhnya. Keduanya kemudian melompat ke laut demi menyelamatkan diri. Namun, gelombang kuat akibat kapal yang terbalik membuat pelukan Cahyani terlepas.

“Saya berteriak memanggil-manggil nama istri saya. Tapi gelap, saya tidak melihatnya lagi,” ujarnya lirih.

Febriani akhirnya diselamatkan oleh penumpang lain dan naik ke perahu karet bersama 11 orang lainnya. Mereka terombang-ambing di laut hingga pagi. Setelah diselamatkan oleh kapal nelayan, Febriani segera menuju posko evakuasi. Di sanalah ia menerima kabar bahwa Cahyani telah ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.

BACA JUGA:Senyum Terakhir di Pasar Malam: Suami Habisi Nyawa Istri Usai Ajakan Ditolak

Kategori :