Sempat Ditegur, Foto Keburu Disebar
Ambo menambahkan bahwa sebenarnya ia sempat menegur AS atas sikapnya, dan sang murid langsung menurut. Namun, di saat yang bersamaan, teman AS sudah lebih dulu memotret dan menyebarkan foto itu ke media sosial.
“Saya sudah tegur dia dan dia langsung menurunkan kakinya. Tapi temannya terlanjur memotret dan menyebarkannya ke Facebook,” ungkap Ambo.
Setelah foto itu viral, banyak pihak menyoroti etika siswa sekaligus peran guru dalam menegakkan disiplin. Namun, guru Ambo justru mengaku sempat ragu untuk menegur keras muridnya karena takut dianggap melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) atau melakukan kekerasan verbal.
“Sekarang guru kalau keras sedikit bisa dibilang melanggar HAM. Jadi saya berusaha menegur dengan cara halus,” kata Ambo menambahkan.
BACA JUGA:Pengusaha Tionghoa di Jawa Tengah Rasakan Kemudahan dan Kondusivitas Iklim Investasi
BACA JUGA:Marc Márquez Juara MotoGP 2025: Apakah Karena Skill atau Sekadar Motor Ducati yang Kencang?
Respons Dinas Pendidikan Makassar
Pihak Dinas Pendidikan Kota Makassar mengonfirmasi telah memanggil Ambo untuk meminta penjelasan lengkap. Disdik menegaskan bahwa akan melakukan pembinaan terhadap guru maupun siswa agar kejadian serupa tidak terulang.
“Kami sudah memanggil yang bersangkutan. Ke depan, kami akan melakukan pembinaan kepada guru dan siswa. Sekolah adalah tempat pendidikan karakter, bukan sekadar pelajaran akademik,” ujar perwakilan Disdik Makassar.
Disdik juga mengimbau agar masyarakat tidak langsung menghakimi sebelum mengetahui konteks utuh dari kejadian tersebut.
BACA JUGA:Prabowo Gelar Rapat Terbatas di Kertanegara, Bahas Evaluasi Kebijakan Devisa Hasil Ekspor
BACA JUGA:Sembilan Tersangka Penculikan dan Penyiksaan di Tangsel Ditetapkan, Ini Peran Masing-Masing
Reaksi Publik: Antara Etika dan Kewibawaan Guru
Kasus ini memunculkan diskusi hangat di media sosial tentang batas antara disiplin dan pelanggaran HAM di dunia pendidikan. Banyak warganet menyayangkan perilaku murid yang dianggap tidak menghormati guru, namun sebagian lain juga menyoroti betapa sulitnya posisi guru di era sekarang yang serba sensitif terhadap teguran dan hukuman.
Sejumlah komentar di media sosial menyebut bahwa fenomena seperti ini mencerminkan krisis sopan santun dan keteladanan di lingkungan sekolah.