Proyek kereta cepat Whoosh, yang ditangani oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), tengah menjadi sorotan karena utang besar dan beban keuangan yang makin ganjal.
Menurut laporan independen, langkah Menteri Keuangan yang menolak mekanisme pembiayaan lama proyek tersebut turut mengusik “sarang lebah” kepentingan lama yang membungkus infrastruktur strategis.
BACA JUGA:11 Rekomendasi Film Bioskop Tayang November 2025, Ada Pesugihan Sate Gagak hingga Solata
Aturan Main di Persimpangan Integritas dan Kekuasaan
Purbaya kini menghadapi dilema klasik: menjaga integritas fiskal atau mempertahankan posisi politik. Memang, kebijakan yang secara angka tampak benar belum tentu aman secara panggung kekuasaan. “Dalam politik, teknokrat sering jadi korban pertama,” kata Amir Hamzah.
Sumber internal istana menyebut bahwa pembicaraan awal mengenai reshuffle kabinet ekonomi sudah mulai muncul meskipun belum ada keputusan final. Jika tekanan terus meningkat, perombakan kabinet diperkirakan awal tahun 2026.
BACA JUGA:Jalan Rusak Jadi Biang, Mobil Pick Up Tabrak Truk Fuso di Desa Suro Musi Rawas.
Implikasi Bagi Publik dan Kebijakan
Kasus ini bukan sekadar tentang satu menteri atau satu proyek. Ini menyangkut bagaimana kebijakan fiskal yang idealnya berdasarkan angka dan kepentingan negara ternyata pada praktiknya sangat bergantung pada keseimbangan kekuasaan.
Jika Purbaya mundur atau digeser, publik bisa kehilangan sosok yang relatif independen dalam posisi kunci anggaran. Sebaliknya, jika ia bertahan, maka bisa jadi titik balik bagaimana proyek strategis dan pembiayaan infrastruktur dikendalikan lebih ketat.
BACA JUGA:Hubungan Gelap Berujung Tragis, Pasangan Kekasih di Karawang Bunuh dan Buang Bayi Sendiri.
BACA JUGA:Video Mantan Bupati Dharmasraya Kepergok Ngamar Dengan Pria di Padang Viral, Polisi Angkat Bicara.