Digit yang lebih sedikit memudahkan pengendalian inflasi dan kebijakan harga. BI dapat melakukan pengawasan moneter dengan lebih presisi karena rentang harga menjadi lebih kecil.
- 4. Efisiensi Biaya Cetak dan Sirkulasi Uang
Dengan variasi nominal yang lebih sedikit, biaya cetak uang bisa ditekan. Selain itu, uang koin dapat digunakan lebih lama sehingga lebih ramah terhadap anggaran dan lingkungan.
BACA JUGA:Musang King Jadi Simbol Kebanggaan, Malaysia Dorong Durian Jadi Buah Nasional
Dampak Psikologis: Membuat Rupiah Lebih Percaya Diri
Ekonom senior Raden Pardede menjelaskan, redenominasi rupiah dapat memperkuat kepercayaan psikologis masyarakat terhadap nilai mata uang nasional.
“Kalau konversi ke dolar bukan Rp15.000, tapi Rp15, kesannya nilai rupiah kita tidak jauh dari dolar AS,” ujar Raden dalam Central Banking CNBC Indonesia (2023).
Namun, ia menegaskan redenominasi tidak mengubah nilai tukar secara riil, karena kekuatan kurs rupiah tetap bergantung pada fundamental ekonomi seperti neraca pembayaran, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi.
- Belajar dari Negara Lain
Beberapa negara seperti Jepang dan Korea Selatan belum melakukan redenominasi meski mata uang mereka juga bernilai kecil terhadap dolar.
“Korea masih 1.300 won per dolar, Jepang 140 yen per dolar. Mereka tidak merasa perlu redenominasi karena fokus pada penguatan ekonomi fundamental,” jelas Raden.
Sebaliknya, negara-negara yang pernah mengalami hiperinflasi atau krisis, seperti Zimbabwe, Turki, dan Brazil, justru menggunakan redenominasi sebagai langkah pemulihan ekonomi.
Indonesia berencana menerapkannya saat ekonomi stabil, sehingga manfaat utamanya adalah efisiensi sistem keuangan dan penyederhanaan administrasi.
BACA JUGA:Prilly Latuconsina Kembali Jadi Ketua Pelaksana FFI 2025, Sang Kekasih Masuk Nominasi Piala Citra!
BACA JUGA:Dibalik Rasanya yang Khas, Ini 8 Manfaat Durian dan Efek Sampingnya
Bank Indonesia: Redenominasi Tingkatkan Efisiensi