SILAMPARITV.CO.ID - Jika mengunjungi Kabupaten Musi Rawas, kunjungan tak lengkap tanpa singgah di Kecamatan Tugu Mulyo. Kecamatan ini terkenal sebagai pusat produksi beras di antara 14 kecamatan lainnya di Kabupaten Musi Rawas.
Berbatasan langsung dengan kecamatan Muara Beliti, Lubuklinggau Selatan, dan Purwodadi, letak geografis Kecamatan Tugu Mulyo sangat strategis.
Nama "Tugu Mulyo" merujuk pada sebuah bangunan tugu yang berdiri di Desa Mataram. Bangunan itu menjadi simbol harapan akan kehidupan yang makmur dan mulia bagi masyarakatnya.
BACA JUGA:Akibat Hujan Angin, Getek Terbalik Saat Angkut Sekeluarga di Sumsel, 1 Orang Tewas
Wilayah Tugu Mulyo telah ada sejak tahun 1932 saat masa penjajahan Belanda, sebagai daerah transmigrasi pertama di Kabupaten Musi Rawas. Awalnya, istilah "transmigrasi" sulit diucapkan oleh masyarakat, sehingga disebut "Mirasi" atau "kolones".
Perubahan zaman memengaruhi pemekaran wilayah, membagi wilayah Mirasi atau Kolones menjadi empat kecamatan, termasuk Tugu Mulyo, Purwodadi, Sumber Harta, dan Megang Sakti.
Masyarakat Tugu Mulyo, khususnya didominasi oleh transmigran dari Jawa Tengah, mayoritas sebagai petani sawah dengan menggunakan irigasi dari Bendungan Watervang, yang dibangun pada tahun 1942.
BACA JUGA:Bencana Angin Puting Beliung di Musi Rawas, Rumah Milik Miskidi Rusak Parah
Kelurahan B Srikaton di Kecamatan Tugu Mulyo diangkat menjadi kampung bola oleh Gubernur Sumatra Selatan dan Bupati Musi Rawas, mengingat minat masyarakat terhadap sepak bola sejak zaman kolonial Belanda.
Meskipun demikian, hanya empat dari 18 desa di kecamatan ini yang tidak memiliki lapangan bola, karena telah dijadikan fasilitas pendidikan. Sepak bola dan bola voli menjadi olahraga populer di wilayah ini, dengan turnamen rutin diadakan setiap peringatan hari kemerdekaan.
Dengan demikian, pengakuan sebagai kampung bola di Kabupaten Musi Rawas adalah langkah yang tepat untuk Kecamatan Tugu Mulyo.
BACA JUGA:3 Destinasi Wisata Musi Rawas Populer di Media Sosial dan Menguntungkan Secara Ekonomi