Keluarga Ahmad Jayani Harus Mendapat Bantuan Presiden Pulangkan Jenazah Korban Scammer Kamboja ke Lampung

Keluarga Ahmad Jayani Harus Mendapat Bantuan Presiden  Pulangkan Jenazah Korban Scammer Kamboja ke Lampung

--

SILAMPARITV.CO.ID - Kisah tragis seorang warga Lampung Selatan, Ahmad Jayani, yang menjadi korban perdagangan manusia di Kamboja, telah menggugah perhatian banyak orang. Namun, tragedi ini tidak berakhir di sana.

Keluarga yang ditinggalkan oleh Ahmad Jayani kini menghadapi tantangan yang besar dalam memulangkan jenazahnya ke tanah kelahiran.

Dalam upaya mereka, keluarga memohon bantuan kepada pemerintah, khususnya kepada Presiden Joko Widodo.

Ahmad Jayani, seorang yang dikenal sebagai anak baik dari Lampung Selatan, harus menempuh perjalanan kelam ke Kamboja, tanpa menyadari bahwa ia akan menjadi korban perdagangan manusia.

Di sana, ia terjerat dalam praktik penipuan sebagai seorang 'scammer'. Namun, kisah hidupnya berakhir tragis, meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarganya.

BACA JUGA:Mau Liburan? Simak 8 Tempat Wisata di Bandar Lampung yang Patut Dikunjungi

Pada tanggal 12 Juni 2024, keluarga Ahmad Jayani, melalui Adhari, adik korban, melakukan langkah berani dengan mengunjungi Gedung Istana Jakarta untuk memohon bantuan kepada Presiden Joko Widodo. Mereka memohon agar jenazah Ahmad Jayani dapat dipulangkan ke Lampung Selatan.

Langkah ini bukanlah tanpa alasan, melainkan merupakan langkah terakhir yang mereka mampu lakukan dalam upaya memberikan penghormatan terakhir kepada anggota keluarga yang telah tiada.

Adhari, dengan tulus dan penuh harapan, menyampaikan surat permohonan pemulangan jenazah saudaranya kepada pemerintah.

Namun, proses ini bukanlah sesuatu yang mudah. Mereka harus menunggu dengan sabar surat balasan dari pihak Istana. Dan dalam menunggu, mereka berharap akan ada kebaikan yang dilakukan oleh pemerintah, terutama Presiden Jokowi, untuk membantu memulangkan jenazah saudaranya.

BACA JUGA:Hanya Jangka Pendek, Benarkah Korban Judi Online akan Masuk Daftar Penerima Bansos?

Namun, tantangan yang dihadapi oleh keluarga Ahmad Jayani tidaklah ringan. Mereka dihadapkan pada keterbatasan finansial dalam membayar sejumlah uang yang diminta oleh KBRI Kamboja agar jenazah Ahmad Jayani dapat dipulangkan ke Lampung Selatan. Kondisi ekonomi yang tidak mampu merupakan beban tersendiri bagi keluarga yang tengah berduka ini.

Sebagai sesama manusia, kita tidak bisa membiarkan tragedi semacam ini terjadi begitu saja. Kita harus bersatu dalam membantu keluarga Ahmad Jayani untuk mendapatkan keadilan dan penghormatan terakhir yang layak bagi almarhum.

Ini adalah panggilan kemanusiaan untuk bersama-sama mendukung mereka dalam upaya memulangkan jenazah Ahmad Jayani ke tanah airnya.

Presiden Joko Widodo memiliki peran penting dalam hal ini. Sebagai pemimpin negara, beliau memiliki kekuatan dan sumber daya untuk melakukan intervensi yang diperlukan guna memastikan bahwa keadilan ditegakkan dan bahwa jenazah Ahmad Jayani dapat kembali ke tanah kelahirannya.

BACA JUGA:Ini dia 7 Pekerjaan Paling Cocok untuk Introvert, Apakah Anda Termasuk?

Ini bukan hanya soal memberikan bantuan finansial, tetapi juga tentang menunjukkan bahwa negara hadir untuk melindungi warga negaranya, bahkan setelah mereka tiada.

Kita semua berharap agar Presiden Joko Widodo dan pemerintah Indonesia secara keseluruhan dapat memberikan perhatian dan tindakan nyata terhadap permohonan keluarga Ahmad Jayani.

Langkah ini tidak hanya akan membawa kedamaian bagi keluarga yang ditinggalkan, tetapi juga akan menjadi contoh nyata dari kepedulian dan keadilan yang harus ditegakkan oleh sebuah negara.

Dalam menghadapi tantangan ini, mari kita bersatu sebagai satu bangsa, satu kesatuan, untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada keluarga Ahmad Jayani.

BACA JUGA: Operasi Jaran Berhasil Tangkap Pelaku MI

Biarkan tragedi ini menjadi momentum untuk menguatkan kebersamaan dan solidaritas kita sebagai manusia.

Karena hanya dengan bersatu, kita dapat mengatasi segala rintangan dan memberikan penghormatan terakhir yang layak bagi saudara kita yang telah tiada.

 

Sumber: