Hantu Anti Mainstream Yang Menjadi Mitos Masyarakat Jawa

Hantu Anti Mainstream Yang Menjadi Mitos Masyarakat Jawa

--

Silampari TV-Berbicara mengenai horor, sepertinya masyarakat Indonesia sangat suka hal-hal yang berbau mistis. Nah, kesukaan kita terhadap cerita horor atau mistis tentu sudah ada sejak jaman dahulu. Dan tiap provinsi atau daerah di Indonesia tentunya punya urban legend atau cerita yang di ceritain secara turun temurun.

Kali ini Tim Silampari TV akan membahas soal hantu-hantu yang sudah ada di zaman Jawa Kuno yang mungin sudah ada sejak zaman Majapahit, atau bisa saja sebelum itu. Berikut hantu-hantu Anti Mainstream (Mitos Jawa) berdasarkan Kakawin Sena.

Kakawin Sena adalah sebuah naskah puisi yag ditulis disekitar lereng gunung merapi dan merbabu diatas lontar dengan menggunakan aksara budha atau aksara gunung, dan ada juga sedikit aksara jawa. Naskah ini diperkirakan ditulis sekitar Abad ke-16 sampai 18 Masehi, naskah ini menceritakan tentang perjalanan seorang tokoh yang bernama Sena di hutan belantara.

Dalam perjalananya, Sena bertemu dengan berbagai Demit, dan Dewi Durga. Lalu terjadi pertempuran diantara mereka, dimana kemudian Dewi Durga kalah dan kembali kewujud semula yaitu Dewi Uma. Dewi Uma lalu memberi kesaktian kepada Sena, dan Tokoh Sena lalu berubah nama menjadi Bima.

BACA JUGA:7 Wisata Angker di Indonesia, Kunjungi Jika Berani

Berikut entitas hantu yang dilawan sena dalam perjalanannya yang tertulis dalam Kakawin Sena Pupuh III ayat 9 hingga 11.

Pupuh III ayat 9

yeka sak ṣumawuh hudan makĕcĕhan rah maksya lawan usus kawada mangigĕl mananggungi sawa hulunya na ring ayun mwang ta rasĕksa sahasa ngrubungi sang ṣatang saha baṣama hajĕlĕl ndhĕpaplang mangidĕri lawan sabdanya ngakĕn gĕlap.

Artinya: Demikian cerai berai turun hujan lebat sekali. Hantu Darah, hantu daging dan hantu usus menghalangi, bergeliat geliut membawa mayat, kepalanya di depan. Dan juga rasaksa menyerang dengan ganas mengelilingi dia yang datang (dengan) membawa parang. Penuh sesak, membentangkan kedua tangannya, mengelilingi suaranya seperti petir.

Nah, yang bisa dijelasin dalam kutipan diatas adalah adanya tokoh Raksasa. Raksasa atau Rakshasa biasanya digunakan untuk makhluk besar yang jahat, suka makan daging manusia. Di cerita pewayangan Jawa Raksasa digambarkan sebagai sosok bertaring, mukanya buruk, punya ekor dan badannya besar.

BACA JUGA:8 Tim yang Masuk Perempat Final Piala Dunia U-17, Timnas Uzbekistan Tercengang

Pupuh III ayat 10

haneki manibeng sakeng griwa magĕng hana sumungsang mangsĕh mata bang mawĕlu tutuk mangah mangah rambutnya wrah humure mwang tang kumĕrab ikang kamangmang i luhuring kaywan mabra sinang mangkrik tang swaraning banaspati lawan danawa banṣalungan.

Artinya: Ada yang jatuh dari tengkuk, besar. Ada yang dengan posisi terbalik (sungsang) menyerbu matanya merah, membelalak, mulutnya terlihat merah, rambutnya berkibar, berjurai dan tergerai. Hantu Kamangmang (hantu kepala) di atas pohon menyala, bersinar-sinar. Berbunyi nyaring suara Hantu Banaspati dan Rasaksa Bandalungan.

Sumber: