Warisan Budaya: 6 Rumah Adat Sumatra Selatan dengan Filosofi yang Mendalam
Warisan Budaya: 6 Rumah Adat Sumatra Selatan dengan Filosofi yang Mendalam--ist
SILAMPARITV.CO.ID - Sumatra Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau Sumatra. Dengan ibu kota di Palembang, provinsi ini memiliki sejarah panjang dan kekayaan budaya yang luar biasa. Salah satu warisan budaya yang masih lestari hingga saat ini adalah rumah adatnya. Rumah adat Sumatra Selatan tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga mencerminkan nilai sejarah, filosofi, dan budaya masyarakat setempat.
Secara geografis, provinsi ini berbatasan dengan Jambi di utara, Kepulauan Bangka-Belitung di timur, Lampung di selatan, dan Bengkulu di barat. Dengan wilayah yang mayoritas terdiri atas sungai, rawa, dan perairan, rumah adat Sumatra Selatan pun memiliki karakteristik yang unik sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakatnya.
BACA JUGA:Suasana Khidmat di Pagi Imlek: Umat Buddha Rayakan di Vihara Buddha
BACA JUGA:Panduan Pengisian Portofolio SNBP 2025 untuk Program Studi Seni dan Olahraga Resmi Dirilis
1. Rumah Cara Gudang
Rumah cara gudang merupakan salah satu rumah adat Palembang yang muncul setelah era kolonial. Rumah ini lebih disukai oleh masyarakat yang tinggal di sekitar perairan Sungai Musi karena lebih efisien dalam perawatan dan pembangunannya tidak memiliki kriteria khusus.
Rumah ini berbentuk panggung dengan corak polos atau kotak persegi panjang, didirikan di atas tiang kayu untuk mengantisipasi pasang surut air sungai. Material yang digunakan umumnya adalah kayu tembesu dan merawan, yang dikenal kuat dan tahan lama. Pembagian ruangannya terdiri dari ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang, masing-masing memiliki fungsi tertentu sesuai dengan adat istiadat setempat.
BACA JUGA:Peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad 1446 H di Masjid Taqwallah Berlangsung Meriah
BACA JUGA:Perayaan Imlek 2025 di Vihara Vajra Bumi Silampari Berlangsung Khidmat dan Meriah
2. Rumah Limas
Rumah limas merupakan rumah adat Sumatra Selatan yang paling ikonik. Dinamai demikian karena bentuk atapnya menyerupai limas. Rumah ini memiliki lantai bertingkat yang disebut bengkilas, yang mencerminkan tingkatan sosial dalam masyarakat.
Rumah limas berbentuk panggung dengan ukiran khas pada dinding, pintu, dan jendela. Filosofi pembangunannya mengacu pada arah matahari terbit dan terbenam, serta nilai-nilai kehidupan seperti umur, jenis kelamin, keahlian, pangkat, dan derajat seseorang. Rumah ini biasanya digunakan untuk acara keluarga atau hajatan adat.
BACA JUGA:Sejarah Awal Perayaan Imlek di China: Dari Tradisi Kuno hingga Perayaan Modern
3. Rumah Ulu
Rumah ulu berasal dari dataran tinggi Besemah dan menyebar ke dataran rendah di sepanjang Sungai Ogan. Rumah ini berbentuk panggung dengan atap curam dan dinding berbentuk kotak.
Secara etimologis, "ulu" berasal dari kata "uluan", yang berarti perdesaan. Rumah ini memiliki beberapa bagian utama, seperti garang di bagian depan, sengkar atas dan sengkar bawah di bagian tengah, serta pagu hantu yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan makanan dan barang berharga.
BACA JUGA:Mahasiswa Diduga Dijebak Membawa Narkoba, Polres Musi Rawas Tangkap Tersangka dan Buru DPO
BACA JUGA:Perayaan Imlek 2025: Tradisi, Makna, dan Kemeriahan Tahun Baru Tionghoa
4. Rumah Rakit
Rumah rakit adalah rumah adat tertua di Sumatra Selatan, yang eksistensinya sudah ada sejak zaman Kedatuan Sriwijaya. Rumah ini dibangun di atas rakit dan mengapung di sepanjang aliran Sungai Musi, Sungai Ogan, dan Sungai Komering.
Agar tidak hanyut terbawa arus, rumah ini diikat ke sebuah serdang (penambat). Rumah rakit banyak dijumpai di Palembang sebagai bagian dari kehidupan masyarakat sungai yang mengandalkan perairan sebagai jalur transportasi utama.
5. Rumah Kilapan
Rumah kilapan adalah rumah adat Sumatra Selatan yang tidak memiliki ukiran pada dindingnya. Sebagai gantinya, dinding rumah ini dibuat halus menggunakan ketam dan sugu. Rumah ini berbentuk panggung dengan tinggi sekitar 1,5 meter.
Tiang-tiang rumah kilapan tidak ditanam ke dalam tanah, melainkan diletakkan di atas permukaan tanah dan diperkuat dengan batu. Tiang seperti ini disebut tiang duduk. Susunan ruangannya terdiri dari ruang depan, ruang sengkar atas, dan ruang sengkar bawah.
6. Rumah Ghumah Baghi
Rumah ghumah baghi adalah rumah adat suku Besemah yang memiliki nilai historis tinggi. "Ghumah" berarti rumah, sementara "baghi" atau "bari" berarti tua atau kuno. Rumah ini diwariskan turun-temurun sebagai peninggalan leluhur.
Rumah ghumah baghi memiliki desain sederhana namun kokoh, dengan struktur yang dibuat tahan terhadap kondisi alam. Arsitekturnya juga mencerminkan identitas budaya masyarakat Besemah yang menghargai nilai kebersamaan dan gotong royong.
Pelestarian Rumah Adat Sumatra Selatan
BACA JUGA:Nokia Kembali Mengguncang Pasar Smartphone dengan Peluncuran Nokia N75 Max 5G, Flagship Terbaru
Seiring perkembangan zaman, banyak rumah adat yang mulai ditinggalkan dan digantikan dengan bangunan modern. Namun, beberapa komunitas dan pemerintah daerah masih berupaya untuk melestarikan rumah adat ini sebagai bagian dari warisan budaya.
Beberapa rumah adat bahkan dijadikan objek wisata budaya dan edukasi, agar generasi muda dapat mengenal lebih jauh tentang sejarah dan filosofi di balik arsitektur tradisional Sumatra Selatan.
BACA JUGA:Infinix Luncurkan Hot 50 Pro Plus, Gawai Entry Level dengan Desain Stylish dan Fitur Canggih
Rumah adat Sumatra Selatan bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga cerminan dari nilai budaya, sejarah, dan filosofi masyarakat setempat. Keberagaman bentuk dan fungsinya menunjukkan betapa kaya dan uniknya warisan budaya di provinsi ini.
Dengan menjaga dan melestarikan rumah adat, kita turut serta dalam mempertahankan identitas budaya Indonesia. Harapannya, rumah-rumah adat ini tetap dikenang dan dihargai oleh generasi mendatang.
BACA JUGA:Pemerintah Kota Lubuk Linggau Akan Bangun Food Court Merdeka pada Tahun Anggaran 2025
BACA JUGA:Pilihan Investasi 2025: Emas atau Reksa Dana Saham? Begini Pertimbangannya!
Sumber: