Pj Gubernur Kalbar Pastikan 106 Siswa SMAN 1 Mempawah Bisa SNBP, Guru Lalai Jadi Sorotan

Pj Gubernur Kalbar Pastikan 106 Siswa SMAN 1 Mempawah Bisa SNBP, Guru Lalai Jadi Sorotan

Pj Gubernur Kalbar Pastikan 106 Siswa SMAN 1 Mempawah Bisa SNBP, Guru Lalai Jadi Sorotan--ist

SILAMPARITV.CO.ID - Ratusan siswa di SMAN 1 Mempawah, Kalimantan Barat, dan MAN 2 Model Medan, Sumatera Utara, menghadapi ancaman batal mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025 akibat kesalahan dalam penginputan data Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Kejadian ini menuai protes besar dari siswa dan orang tua, menuntut tanggung jawab sekolah atas kelalaian tersebut.

106 Siswa SMAN 1 Mempawah Bisa Daftar SNBP, 7 Masih Diperjuangkan

Sebelumnya, sebanyak 113 siswa SMAN 1 Mempawah dinyatakan tidak dapat mengikuti SNBP 2025 akibat kesalahan penginputan data yang dilakukan pihak sekolah. Namun, setelah koordinasi intensif dengan Kementerian Pendidikan Tinggi (Kemendikti), 106 siswa akhirnya bisa mengikuti SNBP, sementara 7 siswa lainnya masih dalam proses verifikasi karena data yang belum lengkap.

BACA JUGA:Presiden Prabowo Tetapkan 20 Februari 2025 sebagai Hari Pelantikan Kepala Daerah Hasil Pilkada Serentak

BACA JUGA:Efektivitas Kurikulum Merdeka: P5 Dapat Meningkatkan Kreativitas Siswa SMP IT An-Nida Lubuklinggau

Kepastian ini disampaikan oleh Pejabat Gubernur Kalimantan Barat, Harisson, dalam keterangan resminya pada Kamis (6/2/2025).

"Alhamdulillah, 106 siswa akan difinalisasi oleh Kemendikti dalam PDSS sehingga dapat mengikuti SNBP. Sedangkan, 7 siswa lainnya masih diperjuangkan," kata Harisson.

Pemprov Kalbar telah menyurati Menteri Pendidikan Tinggi dan mengutus Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalbar untuk segera menyelesaikan persoalan ini di Jakarta.

Protes Siswa & Ancaman Sanksi bagi Sekolah

BACA JUGA:Mencicipi Kopi Berkualitas dengan Coffee Bikes: Inovasi Kopi Keliling di Lubuklinggau

BACA JUGA:Warga Amankan Kakek 72 Tahun di Lubuk Linggau, Diduga Cabuli Anak di Masjid

Sebelum ada solusi, ratusan siswa menggelar aksi demonstrasi di sekolah menuntut tanggung jawab atas kelalaian tersebut. Muhammad Hafiz, salah satu siswa yang terdampak, menyampaikan kekecewaannya dalam video yang viral di media sosial.

"Dari semester satu sampai lima saya berusaha keras agar bisa masuk Perguruan Tinggi Negeri tanpa biaya, tapi semuanya sia-sia karena kelalaian oknum guru," ungkap Hafiz yang merupakan anak yatim dan berharap masuk PTN melalui jalur prestasi.

Menanggapi hal ini, Wakil Kepala SMAN 1 Mempawah, Febrini, menyampaikan permintaan maaf kepada siswa dan orang tua.

BACA JUGA:Tingkatkan Kualitas Ibadah dan Kinerja, Polres Lubuk Linggau Gelar Isra' Mi'raj

BACA JUGA:Jual Ekstasi untuk Konsumsi Sabu, Pengedar Narkoba di Lubuk Linggau Ditangkap

"Kami memohon maaf dan berusaha mencari solusi terbaik agar siswa tetap bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi," ujarnya dalam video klarifikasi, Selasa (4/2/2025).

Sebagai kompensasi, sekolah akan memberikan bimbingan belajar gratis di Ganesha Operation (GO) selama tiga bulan untuk siswa yang gagal mendaftar SNBP agar lebih siap menghadapi Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT).

Sementara itu, Pemprov Kalbar memastikan adanya sanksi disiplin bagi kepala sekolah, guru operator, atau pihak yang terbukti lalai dalam proses finalisasi data PDSS.

"Kami akan memberikan sanksi disiplin kepada siapa pun yang bertanggung jawab atas kelalaian ini," tegas Harisson.

BACA JUGA:Sanksi Menanti Sekolah yang Lalai Mengisi PDSS di Kalimantan Barat

BACA JUGA:Bertahun-tahun Jadi Target, Bandar Narkoba dan Judi di Rejang Lebong Akhirnya Diringkus

322 Siswa MAN 2 Model Medan Gagal Daftar SNBP, Orang Tua Tuntut Kejelasan

Masalah serupa juga terjadi di MAN 2 Model Medan, Sumatera Utara, di mana 322 siswa gagal mendaftar SNBP karena kesalahan dalam penginputan nilai PDSS. Keterlambatan ini menyebabkan siswa tidak bisa mendaftar ke perguruan tinggi melalui jalur prestasi, sehingga memicu aksi protes dari siswa dan orang tua.

Dinar Agung, salah satu orang tua siswa, menyampaikan kekecewaannya.

"Sampai hari terakhir pendaftaran, sekolah belum menyelesaikan penginputan nilai semester 3, 4, dan 5. Kami menuntut kejelasan dan solusi agar anak-anak tetap bisa mendaftar," ujarnya dalam pertemuan dengan pihak sekolah.

Sementara itu, Muhammad Faisal Hutasuhut, orang tua siswa lainnya, mengungkapkan adanya intimidasi verbal dari guru kepada siswa terkait protes yang dilakukan.

BACA JUGA:Tiket Kereta Api Mudik Lebaran 2025 Mulai Dijual, Ini Jadwal dan Cara Pesannya

BACA JUGA:Seorang Kakek-kakek di Lubuklinggau Lakukan Pelecehan Terhadap Bocah SD

"Kalau orang tua kalian demo, ku tokok kepala kelen," kata Faisal menirukan ucapan salah satu guru.

Faisal menyesalkan sikap sekolah yang dianggap tidak pantas, apalagi sebagai sekolah berbasis agama.

Orang tua siswa saat ini masih menunggu hasil keputusan kepala sekolah dan belum berencana membawa kasus ini ke ranah hukum.

 

 

 

Kasus kelalaian ini menunjukkan pentingnya ketelitian dalam penginputan data pendidikan, terutama dalam seleksi masuk perguruan tinggi yang menentukan masa depan siswa. Pemerintah daerah, sekolah, serta Kemendikti diharapkan dapat segera menyelesaikan permasalahan ini agar tidak ada siswa yang dirugikan.

BACA JUGA:Kembangkan Program Pembinaan Warga Lapas, Kementerian Imipas Gandeng PLN Manfaatkan Potensi FABA di Cilacap

BACA JUGA:Kunjungi Blok Rokan, Menteri Bahlil: Naikkan Produksi, Jaga Marwah Negara

Sumber: