Kunci Jawaban PAI Kelas 8 SMP Halaman 240: Kisah Umar bin Khattab Gagal Berhutang

Kunci Jawaban PAI Kelas 8 SMP Halaman 240: Kisah Umar bin Khattab Gagal Berhutang

Kunci Jawaban PAI Kelas 8 SMP Halaman 240: Kisah Umar bin Khattab Gagal Berhutang--ist

SILAMPARITV.CO.ID - Pada halaman 240 Buku PAI Kelas 8 SMP Kurikulum Merdeka, siswa diberikan tugas dalam Aktivitas 6 untuk mendiskusikan dan menyimpulkan "Kisah Umar bin Khattab Gagal Berhutang." Tugas ini bertujuan agar siswa dapat memahami nilai-nilai kejujuran dan keteguhan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sebagaimana yang dicontohkan oleh Umar bin Khattab.

Dalam kegiatan ini, siswa akan bekerja secara kelompok untuk membahas kisah tersebut, kemudian menyimpulkan pelajaran yang dapat diambil. Kisah ini mengajarkan pentingnya hidup sederhana dan menghindari hutang yang tidak mampu dilunasi. Kunci jawaban soal ini bisa dipelajari lebih lanjut melalui sumber-sumber pembelajaran seperti YouTube Media Pembelajaran untuk mempermudah pemahaman.

H. Inspirasiku

 

Aktivitas 6

 

Perhatikan kisah berikut ini! Diskusikan secara kelompok! Simpulan apa yang bisa kalian rumuskan?

 

Kisah Umar bin Khattab Gagal Berhutang

BACA JUGA:Lapas Lubuklinggau Ikuti Kegiatan Penguatan Kehumasan terkait Etika Penggunaan Media Sosial bagi ASN

BACA JUGA:Jalin Sinergitas, Kalapas Lubuklinggau Lakukan Koordinasi dan Silahturahmi dengan Kapolres Lubuklinggau

 

Suatu ketika, putra amīr al-mu’minīn Umar bin Khattab menangis tersedu-sedu. Ia bercerita bahwa teman-temannya selalu mengolok dirinya karena bajunya paling kumal. Sebagai seorang ayah, Umar memahami kesedihan anaknya. Namun Umar tidak berdaya karena gajinya sebagai amīr al-mu’minīn hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan primer.

 

 

 

Setelah berpikir lama, Umar memutuskan untuk meminjam uang kas negara. Umar pun menulis surat ke bendahara negara. Dia mengajukan pinjaman hutang empat dirham dengan potongan gaji sebagai jaminan.

 

Tak berselang lama Umar mendapat balasan dari bendahara. ‘’Saya dapat meluluskan pinjaman Anda sebesar empat dirham, dengan memotong gaji Anda bulan depan sebagai jaminannya. Namun, apakah Anda dapat memastikan akan hidup sampai bulan depan?’’ demikian balasan bendahara.

 

Setelah membaca surat itu, Umar menggigil, matanya berkunangkunang. Dia tersungkur bersujud seraya mengucap istighfar, memohon ampunan Allah Swt. Umar kemudian menulis surat kembali kepada bendaharawan negara. Dia berterima kasih telah diingatkan serta membatalkan niatnya berutang.

 

Sesudah itu, Umar memanggil putranya dan berkata, ‘’Wahai anakku, ayahmu tidak dapat memperhitungkan umurnya walaupun hanya sesaat. Ayahmu juga tidak ingin mewariskan utang kepadamu. Sudah terlalu banyak hal yang harus ayahmu pertanggungjawabkan ke hadapan Allah Swt di akhirat nanti. Karena itu, ayah membatalkan niat meminjam uang untuk membeli baju barumu. Jadi, besok pakailah bajumu yang biasa.’’

 

Sumber: Dikutip dari https://republika.co.id/berita/q6s19u320/kisah-khalifahumar-bin-khattab-yang-gagal-berutang

BACA JUGA:Transformasi Pulau Penjara, Nusakambangan Menjadi percontohan pusat latihan bagi warga binaan

BACA JUGA:Lapas Lubuklinggau Ikuti Optimalisasi Kualitas Pelayanan Makanan Warga Binaan di UPT Pemasyarakatan Sumsel

 

 

 

Beberapa simpulan:

 

1. Kemandirian dan Kehormatan: Umar bin Khattab menunjukkan kemandirian dan kehormatan dengan tidak ingin membebani negara atau anaknya dengan utang. Keputusannya untuk membatalkan niat berhutang menunjukkan sikap teguh terhadap prinsip kemandirian finansial.

 

2. Tanggung Jawab dan Keteladanan: Sebagai seorang pemimpin, Umar bin Khattab menunjukkan tanggung jawab dan keteladanan kepada rakyatnya. Dia tidak ingin mewariskan utang kepada generasi berikutnya dan lebih memilih menjalani kehidupan sederhana.

 

 

 

3. Refleksi dan Istighfar: Setelah mendapatkan balasan dari bendahara. Umar melakukan refleksi atas tindakannya, la menggigil, berkunang-kunang, dan akhirnya bersujud seraya memohon ampunan Allah dengan istighfar. Ini men-uniukkan kesadaran spiritual dan keinginan untuk selalu bertaubat.

 

4. Prioritas Hidup dan Akhirat: Umar bin Khattab mengingatkan putranya tentang ketidakpastian hidup dan betapa pentingnya fokus pada akhirat daripada mengejar kemewahan dunia. Keputusannya mencerminkan prioritas yang benar dalam menghadapi realitas kehidupan.

 

5. Kecerdasan dan Kebijakan Finansial: Kisah ini juga mencerminkan kebijaksanaan dalam manajemen finansial. Umar bin Khattab mempertimbangkan secara bijak dampak keuangan dari keputusannya untuk berutang, sehingga membatalkan niat tersebut.

BACA JUGA:BPH Migas Siapkan Pembahasan Pengawasan Penyaluran Elpiji 3 Kg, Regulasinya Sedang Dikaji

BACA JUGA:Sriwijaya FC Tuntut Pembayaran Bonus dan Tunggakan Gaji, Bank Sumsel Babel Beri Dukungan dengan Bonus Kemenang

Sumber: