Benarkah Parasetamol Saat Hamil Bisa Meningkatkan Risiko ADHD pada Anak? Ini Hasil Penelitiannya

Benarkah Parasetamol Saat Hamil Bisa Meningkatkan Risiko ADHD pada Anak? Ini Hasil Penelitiannya

Benarkah Parasetamol Saat Hamil Bisa Meningkatkan Risiko ADHD pada Anak? Ini Hasil Penelitiannya--ist

SILAMPARITV.CO.ID - Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah salah satu gangguan tumbuh kembang pada anak yang penyebab pastinya masih belum diketahui secara jelas. Sejumlah penelitian telah mencoba mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko ADHD, termasuk konsumsi obat tertentu selama kehamilan.

Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa anak-anak yang ibunya mengonsumsi parasetamol (acetaminophen) saat hamil memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami ADHD dibandingkan anak-anak yang ibunya tidak mengonsumsi obat pereda nyeri tersebut.

Kontroversi dan Temuan Penelitian Terdahulu

Sejauh ini, penelitian mengenai dampak parasetamol terhadap perkembangan saraf masih menunjukkan hasil yang beragam. Misalnya, sebuah studi pada tahun 2019 yang melibatkan lebih dari 4.700 anak dan ibu mereka mengaitkan konsumsi parasetamol saat hamil dengan peningkatan risiko ADHD sebesar 20 persen.

BACA JUGA:Warga Jambi Ditangkap Polisi di Musi Rawas karena Membawa Senjata Api Rakitan (Senpira) di Pinggangnya

BACA JUGA:Siswa yang Tidak Bisa Daftar SNBP 2025 Masih Bisa Ikuti UTBK SNBT 2025 – Berikut Syarat dan Jadwal Pendaftaran

Namun, studi lain yang diterbitkan tahun lalu dengan melibatkan hampir 2,5 juta anak tidak menemukan hubungan yang signifikan ketika membandingkan saudara kandung yang terpapar dan tidak terpapar parasetamol selama dalam kandungan.

Salah satu tantangan dalam penelitian ini adalah bahwa sebagian besar studi sebelumnya hanya mengandalkan laporan pribadi ibu hamil tentang konsumsi obat, yang dianggap sebagai keterbatasan karena adanya kemungkinan kesalahan ingatan atau ketidaktahuan mengenai kandungan dalam obat yang dikonsumsi.

"Banyak orang mengonsumsi parasetamol tanpa menyadarinya. Bisa jadi itu adalah bahan aktif dalam beberapa obat flu yang digunakan, dan kita belum tentu mengetahuinya," ujar Brennan Baker, peneliti dari Universitas Washington, Seattle, AS.

Metode Studi Terbaru: Penggunaan Penanda Darah

Berbeda dengan studi sebelumnya, penelitian terbaru yang dipimpin oleh Baker dan timnya menggunakan pendekatan yang lebih akurat dengan mendeteksi keberadaan parasetamol melalui penanda obat dalam darah.

BACA JUGA:Daftar Perguruan Tinggi di Indonesia dengan Program Studi S1 Akuntansi Terakreditasi Unggul

BACA JUGA:Pendaftaran SNBP 2025 Berakhir Hari Ini, Siswa Diharapkan Segera Selesaikan Pendaftaran Sebelum Pukul15.00 WIB

Penelitian ini dilakukan terhadap 307 wanita kulit hitam yang tinggal di Tennessee, AS, yang berada dalam trimester kedua kehamilan. Para peserta studi dipilih secara khusus karena tidak memiliki riwayat penyakit kronis atau komplikasi kehamilan.

Para peneliti kemudian melakukan tindak lanjut saat anak-anak peserta telah berusia 8 hingga 10 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata anak yang ibunya memiliki penanda parasetamol dalam darahnya memiliki risiko tiga kali lebih tinggi untuk didiagnosis ADHD, meskipun telah disesuaikan dengan faktor-faktor lain seperti usia ibu, indeks massa tubuh (BMI), kondisi sosial ekonomi, dan kesehatan mental keluarga.

Parasetamol atau Penyebab Lain?

Meskipun hasil studi menunjukkan hubungan antara konsumsi parasetamol dan peningkatan risiko ADHD, masih ada kemungkinan bahwa faktor lain yang menyebabkan ibu mengonsumsi parasetamol—seperti nyeri, sakit kepala, demam, atau infeksi—bisa menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap ADHD pada anak.

BACA JUGA:Vivo V50 Resmi Meluncur, Hadir dengan Peningkatan Baterai dan Kamera Canggih

BACA JUGA:Mitos atau Fakta: Tanah Tanpa Sertifikat Elektronik Akan Dirampas Negara?

Menurut Viktor Ahlqvist dari Karolinska Institute, Swedia, "Para peneliti belum bisa memperhitungkan secara penuh alasan ibu mengonsumsi parasetamol, padahal faktor-faktor seperti sakit kepala atau infeksi juga dapat berdampak negatif pada perkembangan anak."

Namun, Brennan Baker berpendapat bahwa parasetamol sendiri berperan langsung dalam peningkatan risiko ADHD. Analisis terhadap sampel jaringan plasenta dari 174 peserta menunjukkan adanya perubahan dalam metabolisme dan sistem kekebalan tubuh yang serupa dengan efek parasetamol pada hewan hamil dalam penelitian sebelumnya.

Apakah Harus Menghindari Parasetamol Saat Hamil?

Meskipun penelitian ini memberikan bukti baru, kesimpulan mengenai efek parasetamol terhadap ADHD masih belum sepenuhnya pasti.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, di antaranya:

BACA JUGA:Viral Penggerebekan ASN Imigrasi Pekanbaru: Dua PNS Terpergok Selingkuh di Mobil

BACA JUGA:Bank Sumsel Babel Undi Super Grand Prize Uang Tunai Rp 550 Juta

  1. Jumlah sampel kecil, hanya melibatkan 307 wanita.
  2. Hanya mencakup satu kelompok etnis (wanita kulit hitam di Tennessee), sehingga sulit untuk digeneralisasi ke populasi yang lebih luas.
  3. Pengukuran parasetamol hanya dilakukan satu kali, padahal zat ini hanya bertahan sekitar tiga hari dalam darah, sehingga lebih mungkin terdeteksi pada pengguna yang lebih sering.

Saat ini, parasetamol masih menjadi obat lini pertama untuk mengatasi nyeri dan demam selama kehamilan. Namun, Baker menekankan bahwa lembaga kesehatan seperti FDA dan asosiasi obstetri serta ginekologi perlu terus memantau dan memperbarui pedoman penggunaan obat ini berdasarkan hasil penelitian yang terus berkembang.

Penelitian ini menambah daftar bukti yang menunjukkan potensi risiko penggunaan parasetamol selama kehamilan terhadap perkembangan anak, khususnya ADHD. Namun, karena masih terdapat banyak faktor yang belum tereliminasi, penelitian lebih lanjut masih diperlukan sebelum adanya perubahan signifikan dalam rekomendasi medis.

 

Bagi ibu hamil, penggunaan obat apa pun, termasuk parasetamol, sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan tenaga medis agar manfaat dan risikonya dapat dipertimbangkan dengan baik.

BACA JUGA:Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 5 SD Halaman 177 Semester 2 Kurikulum Merdeka

BACA JUGA:Wujudkan Generasi Muda Berakhlak, Sehat dan Berkarakter, SKK Migas – Medco E&P Gelar Sosialisasi di SMAN 1

Sumber: