3 Tradisi Unik di Jawa Timur untuk Meminta Hujan Saat di Musim Kemarau

3 Tradisi Unik di Jawa Timur untuk Meminta Hujan Saat di Musim Kemarau

tradisi tiban, meminta hujan turun di Jawa Timur--

SILAMPARITV.CO.IDJika tidak turun hujan dalam jangka waktu lama, maka dapat menyebabkan kekeringan dan krisis air bersih di berbagai wilayah.

Air hujan mempunyai peranan penting seperti mengairi sawah, memperoleh pasokan air, dan membersihkan polusi udara.

Sejak dahulu kala, masyarakat telah mengadakan berbagai tradisi baik sebagai ungkapan rasa syukur maupun sebagai ritual memohon hujan kepada Tuhan. Karena air merupakan sumber kehidupan manusia.

Tradisi meminta hujan masih marak di beberapa daerah di Indonesia, termasuk Jawa Timur. Beberapa tradisi dipercaya meminta hujan, seperti tradisi Tiban.

BACA JUGA:5 Makna Mahkota Siger dalam Rias Pengantin Adat Sunda

Menarik untuk mengetahui apa saja tradisi meminta hujan. Berikut tiga tradisi meminta hujan yang ada di Jawa Timur, dirangkum dari berbagai sumber.

1. Tradisi Tiban

Tradisi Tiban merupakan tarian atau ritual yang diwariskan secara turun temurun dalam kebudayaan Jawa Timur khususnya di Trenggalek, Blitari, Kediri, dan Tulungagung. Tiban adalah doa kepada Tuhan dan harapan akan hujan.

Pertunjukan Tradisi Tiban diiringi dengan musik gamelan lengkap yang terdiri dari gendang, kentongan dan Gambang lara. Peserta Tiban adalah laki-laki dan harus bertelanjang dada serta hanya menggunakan celana. Para peserta kemudian saling mencambuk dengan cambuk yang terbuat dari ranting pohon aren.

BACA JUGA:Eksplorasi Peninggalan Manusia Purbakala, Warisan dari Budaya Dunia di Tanah Nusantara

Uniknya, peserta tidak merasakan sakit. Selain mendoakan hujan, tradisi ini juga menjadi acara rutin tahunan di beberapa desa di Jawa Timur saat musim kemarau.

2. Tradisi Ojung

Tradisi Ojung merupakan tradisi yang masih dipertahankan oleh beberapa daerah di Jawa Timur. Tradisi ini merupakan tradisi aksi pecut rotan.

Tradisi ini hanya dimainkan oleh dua orang, itupun secara bergantian. Ketika salah satu peserta memukul, peserta lainnya menangkis atau menghindar. Dalam tradisi Ojung, kedua pemain saling berhadapan.

Sumber: