Inilah 5 Budaya Betawi yang Masih Digunakan Hingga Sekarang

Inilah 5 Budaya Betawi yang Masih Digunakan Hingga Sekarang

ilustrasi tradisi lenong--freepik

BACA JUGA:Apakah Kalian Pernah Bermimpi Ular? ini 4 Arti Mimpi Ular Menurut Primbon Jawa

Seringkali para seniman Lenong meminta kepada penonton yang menonton untuk menyumbangkan doanya dan itu dilakukan secara terbuka. tanpa menggunakan adegan.

Istimewanya, teater Lenong tidak memerlukan naskah cerita atau aktor yang ditunjuk. Pemain akan menampilkan Lenong dengan improvisasi kreatif yang spontan.

Lakon dan skenario Lenong seringkali mengandung pesan-pesan moral, khususnya membantu pihak yang lemah, membenci keserakahan dan perbuatan tercela. Bahasa yang digunakan di Lenong adalah bahasa Melayu (atau bahasa Indonesia masa kini) dengan dialek Betawi. Dan dimainkan dengan sejumlah pemusik seringkali berjumlah lebih dari 10 pemain dan pengiring.

5. Bikin Rume

BACA JUGA:Mengenal Tradisi Sisingan Subang: Sejarah, Bahan dan Artinya

Tradisi pembuatan Rume merupakan upacara yang diadakan masyarakat Betawi sebagai ucapan syukur ketika hendak membangun rumah. Bagi masyarakat Betawi, membangun rumah merupakan kegiatan sakral karena menyangkut perhitungan, pantangan, hari baik, dan keselamatan bagi yang nantinya akan menempati rumah tersebut.

Tradisi ini memuat agenda diskusi keluarga, mulai dari jenis rumah yang akan dibangun, lahan yang tersedia, biaya pembangunan, dan arah pembangunan hingga penentuan kapan rumah akan dibangun. Saat berkeluarga Setelah mendapat tanggal pembangunan rumah atau “halo”, pihak keluarga akan mengajak warga untuk mengadakan “Rowahan” atau berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar proses pembangunan tetap lindung dan berjalan lancar.

Saat keluarga akan membangun rumah atau hari “halo”, keluarga akan mengajak penghuninya untuk merayakan “Rowahan” atau berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar proses pembangunannya terlindungi dan berjalan lancar.

 Biasanya pihak keluarga  meminta dukungan sukarela dari masyarakat setempat untuk membantu mereka dalam proses pembangunan rumah, seperti meratakan tanah atau  biasa disebut dengan Baturan.

BACA JUGA:5 Ritual Utama Suku Dayak Kalimantan Tengah

Ketika Baturan dieksekusi, Betawi akan menempatkan lima batu bata garam  di tengah dan empat batu bata lagi di sudut-sudut halaman, untuk membebaskan bangunan dari makhluk halus dan terus menempatkan koin perak sebelum membangun Pilar Guru atau pilar utama. bangunan.

Selanjutnya, kasau dipasang di atap dan  Betawi akan menyiapkan bubur merah dan bubur putih yang diletakkan di atas setiap pilar untuk menjamin keamanan  pemilik rumah.

Itulah beberapa tradisi suku Betawi yang masih dilakukan hingga saat ini. Meski jarang dilakukan dan ditemui, namun tradisi ini sebenarnya bertujuan untuk mendekatkan hubungan antarmanusia dan mengungkapkan rasa syukur masyarakat Betawi kepada Tuhan.

Sumber: