Inilah 5 Budaya Betawi yang Masih Digunakan Hingga Sekarang

Inilah 5 Budaya Betawi yang Masih Digunakan Hingga Sekarang

ilustrasi tradisi lenong--freepik

BACA JUGA:Primbon Jawa: Kelahiran 7 Februari 1998, Menurut Hitungan Wuku dan Weton

Palang pintu digunakan untuk membuka barikade bagi orang lain untuk memasuki area tertentu dengan pembatas yang biasa digunakan pada saat pesta pernikahan atau festival.

Proses ini berlangsung dengan menggunakan seni bela diri kedua mempelai. Ingatlah bahwa mereka akan berlomba menulis pantun yang berisi pertanyaan atau tujuan melamar sang wanita.Tradisi ini berlangsung sebelum dimulainya upacara pernikahan, dimana rombongan mempelai pria akan bertemu dengan mempelai wanita. 

3. Roti Buaya

Nah mungkin anda sudah mengetahui yang namanya Roti Buaya. Tradisi ini menggunakan roti berbentuk buaya sebagai salah satu unsur wajib dalam upacara pernikahan Betawi.

BACA JUGA:Legenda Sendang Kasihan: Cerita Keajaiban dan Mitos Sunan Kalijaga

Biasanya panjang roti buaya mencapai 50 cm hingga 1 meter dan dibawa oleh pengantin pria di pesta pernikahan.

Roti Buaya sendiri terinspirasi dari kelakuan buaya yang hanya kawin satu kali dalam hidupnya. Oleh karena itu, masyarakat Betawi berharap dengan tradisi ini, pernikahan bisa langgeng dan pasangan saling setia.

Dahulu, Roti Buaya juga menjadi simbol kepercayaan dan dianggap sebagai hidangan mewah.

Biasanya pengantin pria akan mengenakan sepasang kue buaya berbentuk buaya besar dan buaya kecil yang diletakkan di atas sanggul buaya besar yang melambangkan buaya betina.

BACA JUGA:Jenis dan Makna Pakaian Tradisional yang Biasa Dikenakan Pada Saat Hari Imlek

4. Lenong

Lenong adalah seni teater tradisional Betawi atau lakon rakyat  yang dibawakan dalam dialek Betawi yang berasal dari Jakarta, Indonesia.

Kesenian tradisional ini diiringi oleh musik gambang Kromong dengan lagu-lagu alat musik seperti gambang, Kromong, gong, gendang , kempor, seruling dan kecrekan, serta alat musik yang mengandung unsur Tionghoa seperti tehyan, kongahyang dan sukong. 

Awalnya, Lenong mulai berkembang di Indonesia pada abad ke-20, berpindah-pindah di jalanan dari desa ke desa.

Sumber: