Olahraga Tradisional, Jemparingan atau Panahan Khas dari Daerah Kerajaan Mataram
Jemparingan Mataram--kumparan.com
BACA JUGA:Tradisi Valentine di Jepang, Perempuan Memberikan Coklat untuk Laki-Laki
Busur disebut gandewa, terdiri dari cengkolak atau dudukan busur, lar atau bilah di kiri dan kanan cengkolak, serta kendheng atau tali busur yang masing-masing ujungnya diikatkan pada ujung lar.
Tanda panahnya disebut wong-wongan atau pendulum, berbentuk silinder vertikal, panjang 30 sentimeter, dan diameter 3 sentimeter. Di bagian atas dicat merah sekitar 5 sentimeter.
Pada bagian bandulan yang di gantuk sebuah bolak berukuran kecil.Jika pemanah mengenai bola,pemain tersebut akan mendapatkan pengurangan nilai.
Pada bagian atas bandula tersebut di gantung lonceng kecil yang berdenting setiap jemparing mengenai bandulan tersebut, Jemparing dan gandewa dibuat khusus oleh pengrajin agar sesuai dengan posisi tubuh sagitarius, salah satu ukurannya adalah lengan sagitarius.
BACA JUGA:Mengenal Kujang, Senjata Tradisional Jawa Barat
Penyesuaian tersebut sebaiknya dilakukan agar pemanah merasa nyaman dan dapat menembak dengan maksimal. Oleh karena itu, peralatan tersebut bersifat pribadi dan sulit untuk dipinjam.
Duduk Bersila
Permainan ini dimainkan dalam posisi duduk dengan kaki bersilang. Seseorang yang memegang busur dan anak panah duduk miring dengan busur ditarik ke kepala sebelum menembak ke arah wong-wongan.
Selaras dengan perkembangan zaman, Jemperingan mengalami beberapa kali perubahan. Saat ini, ada beberapa cara memanah dan membentuk sasaran. Selain itu, ada pula yang tidak membidik dengan posisi gandewa di depan perut, posisinya agak miring agar pemanah dapat membidik dengan matanya. Namun Sagitarius terus mengikuti filosofi fokus Jemparing.
BACA JUGA:Inilah 5 Budaya Betawi yang Masih Digunakan Hingga Sekarang
Sumber: