Hindari! Efek Sering Konsumsi Minuman Berpemanis, Bocah Kelas 5 SD ini Harus Cuci Darah Rutin

Hindari! Efek Sering Konsumsi Minuman Berpemanis, Bocah Kelas 5 SD ini Harus Cuci Darah Rutin

ilustrasi anak minum minuman berpemanis--

BACA JUGA:Dibalik Rasa Manisnya, Gula Dapat Menjadi Malapetaka Bagi Kesehatan

"Dan minumannya rata-rata berpemanis dan itu diglorifikasi lewat berbagai iklan yang luar biasa dan seolah-olah itu tidak berdampak (bagi kesehatan)," tambahnya.

Ia juga mengaku bahwa telah menemukan bocah yang merupakan siswa kelas lima SD asal Karawang, Jawa Barat, dan saat ini diharuskan untuk untuk menjalani prosedur cuci darah akibat kebiasaan mengonsumsi teh dengan kandungan gula tinggi.

"Pak menteri, ada siswa kelas 5 SD sudah diharuskan untuk bolak-balik dari Karawang ke RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) untuk melakukan prosedur cuci darah," terang Netty.

"Kenapa? Rupanya karena memiliki kebiasaan mengonsumsi teh yang tinggi kadar gulanya," tegasnya.

BACA JUGA:Sering Pakai AC? Waspada Ini Bahaya Penggunaan AC Secara Rutin !

Berdasarkan perkembangan industri makanan dan minuman yang ia soroti, tidak disertai dengan perhatian terhadap risiko kesehatan yang  diakibat dari pemanis tambahan tersebut.

"Padahal BPOM melakukan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) bahwa kita harus mengendalikan garam, gula, dan lemak. Akan tetapi, kenyataannya masyarakat tidak bisa seperti itu. Kemenkes ini seperti pemadam kebakaran," kata Netty.

"Industri makanan minumannya berkembang terus, tetapi tidak dibarengi dengan idealisme bagaimana mempertimbangkan penyakit-penyakit tidak menular yang berbiaya tinggi," tambahnya.

Selain berhubungan dengan perawatan akibat risiko penyakit, Netty juga menyoroti akan nasib masyarakat yang memiliki penghasilan rendah serta dibebani oleh biaya perawatan di rumah sakit yang cukup mahal.

BACA JUGA:Bahaya Menggunakan Ekstensi Bulu Mata: Memahami Risiko dan Konsekuensinya

"Jika satu kali cuci darah butuh biaya Rp800 ribu sampai Rp1 juta. Terus kemudian harus delapan kali, butuh biayah Rp8 juta," ujar Netty. 

"Sementara itu, jika dikaitkan dengan upah minimum yang misal di Cirebon malah cuma Rp2 jutaan, tidak akan ada satu pun yang sanggup," imbuhnya. 

Berdasarkan dari tanggapan Netty, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, menuturkan bahwa pihaknya telah melakukan 60 juta screening (pemindaian) penyakit tidak menular. 

Budi pun mengakui bahwa angka kasus penyakit yang diakibatkan oleh gula memang inggi.

Sumber: