Tragis! Hengki Buta Setelah Cabut Gigi, Keluarga Duga Malpraktik dan Tempuh Jalur Hukum
Tragis! Hengki Buta Setelah Cabut Gigi, Keluarga Duga Malpraktik dan Tempuh Jalur Hukum--ist
SILAMPARITV.CO.ID - Nasib tragis menimpa Hengki Saputra (30), warga Koto Tabang, Ampalu, VII Koto Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Harapan hidup yang sebelumnya terang, kini tenggelam dalam kegelapan total. Semua berawal dari tindakan medis yang terlihat sederhana: pencabutan gigi depan atas di sebuah klinik gigi di Kota Pariaman pada akhir tahun 2022.
Namun, dari prosedur yang tampak ringan itu, Hengki perlahan-lahan kehilangan penglihatannya. Keluarga menduga kuat ada unsur malpraktik medis, dan kini tengah memperjuangkan keadilan melalui jalur hukum.
BACA JUGA:Samsung Resmi Rilis Galaxy Watch 8 dan Watch 8 Classic, Ini Spesifikasi Lengkap dan Harganya
BACA JUGA:Update Harga Emas 10 Juli 2025: Galeri24 Turun Rp. 13.000, UBS Anjlok Rp. 19.000
Pencabutan Gigi yang Berujung Petaka
Masalah gigi yang dialami Hengki sebenarnya sudah berlangsung lama. Gigi depannya tumbuh tidak normal hingga menyentuh langit-langit mulut, menyebabkan sariawan kronis dan lidah sering tergigit. Setelah berbagai pertimbangan, Hengki memutuskan mencabut gigi di sebuah klinik di Pariaman, meski sempat khawatir akan risiko kebutaan yang ia dengar dari cerita-cerita teman.
“Saya sempat tanya langsung ke dokter soal risiko kebutaan. Tapi dokter meyakinkan, katanya tidak masalah,” ujar Hengki mengenang keputusan yang mengubah hidupnya.
BACA JUGA:Pemekaran Sumatera Selatan: Lubuklinggau di Tengah Wacana Provinsi Sumsel Barat
BACA JUGA:YBM PLN untuk Rakyat: Gelar Khitanan Massal untuk Anak Yatim dan Dhuafa di Bengkulu
Pencabutan dilakukan, dan menurut ibunya, Nurhasni, prosesnya berjalan tidak lancar. Dokter sempat dua kali beristirahat, dan darah yang keluar sangat banyak. Bahkan, tindakan pemutihan gigi dilakukan bersamaan, tanpa kwitansi, dengan biaya Rp. 350 ribu.
Setelah pencabutan, Hengki diberi obat tanpa merek dan kembali ke Pekanbaru. Namun, beberapa hari kemudian, muncul gejala-gejala aneh: sakit kepala hebat, demam, nafsu makan menurun drastis, hingga penglihatan mulai kabur.
BACA JUGA:Transmigrasi Jawa ke Kalimantan: Upaya Pemerataan Penduduk dan Pembangunan Berkelanjutan
BACA JUGA:Mensesneg Tegaskan: Presiden Tak Pernah Tugas Khususkan Wapres Gibran Berkantor di Papua
Perlahan Menuju Kegelapan
Sumber: