Puma PHK 900 Karyawan: Saham Anjlok 50%, CEO Baru Ambil Langkah Drastis untuk Selamatkan Merek
Puma PHK 900 Karyawan: Saham Anjlok 50%, CEO Baru Ambil Langkah Drastis untuk Selamatkan Merek--ist
SILAMPARITV.CO.ID — Raksasa perlengkapan olahraga asal Jerman, Puma, tengah menghadapi krisis besar. Perusahaan ini resmi melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 900 karyawan di seluruh dunia setelah sahamnya anjlok hingga 50% sepanjang tahun 2025 dan penjualan kuartal III merosot 15,3%.
Langkah drastis ini merupakan bagian dari strategi penyelamatan yang dipimpin oleh CEO baru Puma, Arthur Hoeld, mantan eksekutif Adidas, yang baru menjabat beberapa bulan lalu.
“Puma sudah menjadi terlalu komersial, terlalu terekspos pada saluran yang salah, dengan terlalu banyak diskon,” kata Arthur Hoeld kepada Reuters, Kamis (30/10/2025).
BACA JUGA:Tsunami 100 Meter Hantam Ambon, Kesaksian Warga Tahun 1674: “Langit Gelap, Laut Menelan Daratan
BACA JUGA:Petisi Tolak TKA Tembus 200 Ribu Tanda Tangan, Mendikdasmen: ‘The Show Must Go On’
Saham Anjlok dan Penjualan Turun Tajam
Berdasarkan laporan keuangan terbaru, harga saham Puma kini hanya setengah dari nilai pada awal tahun 2025. Setelah laporan kuartal III dirilis, saham Puma kembali turun 2,5% di bursa Frankfurt.
Penjualan global produk Puma turun 15,3% year-on-year, terutama di pasar utama seperti Eropa Barat dan Amerika Utara. Para analis menyebut performa ini sebagai salah satu yang terburuk dalam sejarah perusahaan sejak dekade 1990-an.
CEO Baru, Langkah Baru
Arthur Hoeld, yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Pemasaran Global Adidas, kini memimpin transformasi besar-besaran di Puma.
Dalam pernyataannya, Hoeld menyampaikan rencana “back to brand integrity”, yaitu mengembalikan reputasi Puma sebagai merek dengan nilai dan karakter kuat — bukan sekadar produk diskon.
BACA JUGA:Konser Laleilmanino di Istora Senayan Pecah! Vidi Aldiano Bikin Penonton Baper
Beberapa langkah strategis yang diambil antara lain:
- PHK 900 karyawan global, terutama di unit pemasaran dan produksi.
- Menghentikan diskon besar-besaran di toko ritel dan e-commerce.
- Mengurangi lini produk agar fokus pada desain unggulan.
- Meningkatkan investasi pemasaran dan kampanye global untuk memperkuat citra merek.
Sumber: