SILAMPARITV.CO.ID - Di balik cahaya matahari yang merayap di langit Lubuklinggau, sebuah bayangan kelam menyelinap di antara doa-doa yang terangkat ke langit.
Kejadian tragis telah menggetarkan keheningan yang biasanya mengelilingi Masjid Nurul Hidayah, sebuah tempat ibadah yang menjadi oase ketenangan bagi penduduk di sana.
Di kota yang damai ini, kekerasan menyelinap diam-diam, menghancurkan kedamaian yang dulu tak tergoyahkan.
BACA JUGA:Pemkot Lubuklinggau Kembali Raih Opini WTP 14 Kali Berturut
Pukulan pertama terasa saat Jam Digital Masjid mengalami kerusakan, sebuah insiden yang diduga disebabkan oleh kilat yang menggelegar di langit. Namun, itu hanya awal dari kehancuran yang lebih dalam. Oktarizal, seorang jemaah yang setia, menyampaikan kisah pahit di balik runtuhnya keharmonisan. Toa, pengeras suara yang mengumandangkan panggilan kepada Allah, telah menjadi sasaran amukan kekejaman tak berperikemanusiaan. Dengan hati yang berat, Oktarizal mengungkapkan kekejutan mereka ketika menurunkan Toa pada suatu hari Minggu. Alih-alih menemukan hanya perbaikan yang diperlukan, mereka dihadapkan pada pemandangan yang menggetarkan jiwa: Toa yang mereka cintai, yang mereka andalkan untuk menyuarakan panggilan ibadah, hancur berkeping-keping. BACA JUGA:Respon Cepat PLN Berhasil Perkuat Keandalan Listrik di Musi Rawas Utara, Sumsel, Arahan Presiden Dituntaskan! Namun, kesedihan mereka tak berujung di situ. Di antara reruntuhan Toa, ada sesuatu yang lebih mengerikan lagi: 246 peluru senapan angin, sebuah bukti kekejaman yang mengerikan. Kejahatan ini tidak hanya merusak materi, tetapi juga melukai hati dan mematahkan semangat sebuah komunitas yang berusaha menjaga ketentraman dan kedamaian. Seiring para jemaah merenungkan tragedi yang menimpa mereka, satu pertanyaan menghantui: Mengapa? Mengapa seseorang mampu melakukan kekejaman sedemikian rupa terhadap tempat ibadah yang seharusnya menjadi tempat perdamaian dan kesucian? BACA JUGA:RSUD Siti Aisyah dan Petanang Lubuklinggau Kejadian ini memicu gelombang kekecewaan dan kepedihan di antara warga Lubuklinggau. Mereka menyesalkan tindakan tidak bertanggung jawab yang telah merusak kehidupan mereka yang tenang. Toa yang hancur bukan hanya sepotong logam dan kabel, tetapi simbol dari kepercayaan, harapan, dan persatuan. Dalam setiap seruan azan yang terdengar, terpatri doa-doanya, keinginan-keinginan yang dihembuskan ke angkasa, dan koneksi spiritual yang mengikat mereka bersama. BACA JUGA:Polres Ikut Amankan Pelepasan 129 Jamaah Haji Kabupaten Musi Rawas Tetapi, di tengah kegelapan yang mengancam merayap, cahaya tetap bersinar. Masyarakat Lubuklinggau menunjukkan kekuatan yang luar biasa dalam menghadapi tragedi ini. Mereka menolak untuk terbelenggu oleh rasa takut atau kebencian. Sebaliknya, mereka bersatu dalam semangat solidaritas dan tekad untuk membangun kembali apa yang telah dirusak. Dalam kebersamaan, mereka menemukan kekuatan untuk melawan kejahatan dan memperjuangkan perdamaian yang telah mereka bangun selama ini. BACA JUGA:Pengembangan EBT Tumbuh Positif di 2023, PLN Catatkan Kinerja Yang Berkelanjutan Dari puing-puing yang hancur, suara-suaranya akan bangkit kembali, lebih kuat dan lebih tegas dari sebelumnya. Toa Masjid Nurul Hidayah akan menggema dengan panggilan yang tak terbendung, mengajak para jemaah untuk bersatu dalam ibadah dan kebersamaan. Meskipun luka masih menyakitkan, harapan akan menyala kembali, membawa cahaya di tengah kegelapan. Lubuklinggau mungkin telah tergores oleh kekejaman, tetapi kebaikan dan ketulusan tetap menjadi pilar yang tak tergoyahkan dalam kehidupan mereka. BACA JUGA:Presiden Jokowi Apresiasi Gubug Makan Mang Engking Sebroyot, Menunya Banyak Fasilitas Lengkap Sebagai penutup, kami berdiri bersama dalam solidaritas dengan Masjid Nurul Hidayah dan masyarakat Lubuklinggau. Kejahatan tidak akan pernah mengalahkan kebaikan, dan cahaya akan selalu mengalahkan kegelapan. Mari kita bersama-sama memperjuangkan perdamaian, keadilan, dan persatuan, menjadikan tragedi ini sebagai pemicu untuk lebih bersatu dan lebih kuat dari sebelumnya. BACA JUGA:Sebanyak 238 PPPK Kabupaten Musi Rawas Dilantik, Ini Harapan Bupati Ratna