SILAMPARITV.CO.ID - Mantan engineer ini kemudian berganti profesi dan menjadi sukses. Seperti kisah mantan engineercabai yang kini sukses.
Kisah perubahan karier yang sukses selalu menarik perhatian. Salah satunya adalah kisah petani cabai sukses yang dulunya adalah seorang engineer.
Melansir dari Says, Rabu (26/6), seorang pria Malaysia memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai pengembang perangkat lunak beberapa tahun lalu selama pandemi COVID-19 dan mulai bertani. Hal itu ia lakukan setelah ia merasa bertani membuatnya bahagia.
Pria tersebut diidentifikasi sebagai A Srinath, 29, yang mengelola pertanian kecil di rumah orang tuanya di Kampung Changkat Jong, Teluk Intan, Malaysia. Srinath mengatakan, mereka menanam lebih dari 400 cabai merah dengan pemupukan.
BACA JUGA:Prediksi BMKG Sumsel Bakal Masuk Musim Kemarau, Warga Diimbau Waspada
Pemupukan adalah suatu teknik pertanian dimana pupuk cair diberikan pada tanaman melalui sistem irigasi. Rupanya, teknik ini membuahkan hasil baginya.
“Setelah bekerja di rumah (WFH), saya kembali bekerja sebagai aktor, namun akhirnya saya menyadari bahwa saya menemukan kegembiraan yang luar biasa menjadi seorang petani,” kata Srinath.
"Saya berbicara dengan orang tua saya tentang menanam cabai merah dalam skala besar dan memutuskan untuk berhenti sebagai insinyur setelah 3 tahun," lanjutnya.
BACA JUGA:Ini dia Daftar 10 Daerah Penghasil Cabai Rawit Terbanyak di Indonesia, Apakah Daerah Mu Termasuk?
Dia mengelola pertanian dengan penghematan modal RM50.000 (Rs173,9 juta). Modal tersebut ia gunakan untuk membangun fasilitas sirkulasi dan membeli peralatan penting seperti polibag, pipa, dan pompa air.
Tak mau gegabah, Srinath pun mengikuti kursus pertanian yang diselenggarakan pemerintah. Kursus ini mencakup topik-topik seperti penghilangan bibir, pencampuran pupuk dan pestisida, serta pemupukan sendiri.
Eksperimen ini terbukti membuahkan hasil. Srinath kini menyewa sebidang tanah seluas 0,68 hektar dan memiliki tiga pekerja yang merawat lebih dari 2.500 cabai merah Kulai 461.
BACA JUGA:Tega! Ayah Tiri Perkosa Anak Hingga 4 Kali di Karo, Pelaku Ditangkap
Srinath juga mengatakan bahwa dia mampu menghasilkan sekitar RM40.000 hingga 50.000 (R139,7 juta hingga R173,9 juta) dari hasil panen sekitar 5 ton. Chilisato dijual di pasar dan toko sekitar Teluk Intan.
Selain itu, ia juga menjual cabainya ke pedagang grosir di Selayang dan Selangor. Cabai dijual dengan harga RM 6 - 7 (Rp 20.875 - 24.355).