Alasan Mengejutkan Gelar Haji Disematkan di Nama Orang RI: Tradisi, Kehormatan, dan Jejak Kolonial

Senin 09-06-2025,16:38 WIB
Reporter : Rendi Setiawan
Editor : Rendi Setiawan

BACA JUGA:Kenapa Selalu Ingin Buang Air Besar Setelah Minum Kopi?

Bukan Hanya di Indonesia

Menurut antropolog UIN Jakarta, Dadi Darmadi, tradisi menyematkan gelar haji bukan hanya terjadi di Indonesia. Ia juga ditemukan di berbagai wilayah berbudaya Melayu-Islam seperti Malaysia, Brunei, Singapura, hingga Thailand Selatan.

Yang menarik, di Mesir bagian utara, masyarakat bahkan menghiasi rumah mereka dengan lukisan Ka’bah dan gambar moda transportasi yang digunakan saat pergi haji sebagai bukti pencapaian spiritual.

BACA JUGA:AgenBRILink Jadi Jalan Pemuda Ini Kembangkan Usaha hingga Ciptakan Lapangan Kerja di Kolaka

BACA JUGA:Rayakan Idul adha 1446H, PLN Salurkan Daging Kurban di Berbagai Daerah

Tiga Perspektif: Agama, Budaya, dan Kolonialisme

Dadi memaparkan bahwa penyematan gelar haji bisa dipahami dari tiga sudut pandang utama:

1. Keagamaan

Menunaikan ibadah haji adalah rukun Islam yang kelima, dengan syarat-syarat berat seperti kemampuan finansial, fisik, dan niat yang tulus. Oleh karena itu, bagi banyak umat Islam, keberhasilan menunaikan ibadah haji menjadi puncak ibadah dan kebanggaan yang layak dirayakan.

2. Kultural

Cerita-cerita heroik dan dramatis seputar perjalanan haji dulu turut membentuk persepsi budaya bahwa haji adalah simbol kesalehan dan status sosial. Banyak tokoh masyarakat yang menyandang gelar ini, sehingga memperkuat posisinya dalam tatanan sosial.

BACA JUGA:Semangat Berbagi Idul Adha 1446 H, Bapekis dan Karyawan BRI Salurkan 961 Hewan Kurban untuk Masyarakat

BACA JUGA:Ramai-Ramai Bersuara Soroti Aktivitas Tambang Nikel di Raja Ampat

3. Kolonial

Pada era kolonial Hindia Belanda, pemerintah kolonial justru mewajibkan para jamaah haji mengenakan atribut khusus agar mudah diawasi. Bahkan didirikan Konsulat Jenderal di Jeddah pada 1872 untuk memantau aktivitas jamaah.

Kategori :