SILAMPARITV.CO.ID - Kasus meninggalnya seorang balita di Sukabumi dengan tubuh penuh cacing membuat banyak orang panik hingga berbondong-bondong mencari obat cacing. Namun, Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Zullies Ikawati, menegaskan bahwa konsumsi obat cacing tidak diwajibkan untuk semua orang.
Menurut Prof. Zullies, pemberian obat cacing rutin hanya diperlukan bagi kelompok yang tinggal di daerah endemis atau masih mencatat kasus kecacingan. Program ini juga sejalan dengan rekomendasi WHO dan Kementerian Kesehatan RI melalui Mass Drug Administration (MDA).
BACA JUGA:5 Makanan yang Bikin Orang Jepang Panjang Umur
BACA JUGA:10 Makanan Rendah Kalori yang Mengenyangkan, Cocok untuk Pejuang Diet
Siapa yang Wajib Minum Obat Cacing?
Prof. Zullies menjelaskan, ada beberapa kelompok yang lebih berisiko terinfeksi cacing sehingga dianjurkan mengonsumsi obat cacing rutin, di antaranya:
1. Anak prasekolah (1-5 tahun) → Rentan karena sering bermain tanah tanpa alas kaki.
2. Anak usia sekolah (6-14 tahun) → Target utama program obat cacing di sekolah dasar.
3. Wanita usia subur → Termasuk ibu hamil trimester kedua dan ketiga.
4. Orang dewasa di daerah endemis dengan sanitasi buruk → Misalnya pekerja sawah, kebun, tambang, atau yang sering kontak langsung dengan tanah.
5. Populasi dengan status gizi rendah → Lebih rentan mengalami komplikasi akibat kecacingan.
Bagi kelompok ini, obat cacing diberikan rutin setiap enam bulan sekali. Namun, bagi populasi dengan risiko sangat tinggi, konsumsi bisa dilakukan setiap bulan lantaran telur cacing mampu bertahan lama di lingkungan.
BACA JUGA:Catat! Ini Daftar Sayuran yang Sebaiknya Dihindari oleh Pasien Gagal Ginjal
BACA JUGA:Viral Diet 30-30-30 Cara Sederhana Turunkan Berat Badan Terbukti Secara IlmiahPenting Dipahami
Prof. Zullies menegaskan bahwa obat cacing seperti albendazol 400 mg atau mebendazol 500 mg hanya mampu membunuh cacing dewasa, bukan telur atau larva yang baru masuk. Karena itu, risiko infeksi ulang tetap ada bila sanitasi lingkungan tidak diperbaiki. Sebaliknya, bagi orang dewasa di perkotaan dengan sanitasi baik, air bersih, serta kebersihan pribadi yang terjaga, tidak perlu latah ikut minum obat cacing bila tidak ada gejala. “Dengan memahami sasaran dan jadwal yang tepat, pemberian obat cacing akan lebih efektif mencegah malnutrisi, anemia, dan dampak jangka panjang akibat kecacingan,” ujar Prof. Zullies. Kesimpulan: Tidak semua orang wajib minum obat cacing. Fokus utama adalah kelompok rentan di daerah endemis. Perbaikan sanitasi, kebersihan pribadi, dan pola hidup sehat tetap menjadi kunci pencegahan.